Beranda Politik Akankah kepresidenan Prabowo berarti akhir dari demokrasi Indonesia? (Bagian 2) –...

Akankah kepresidenan Prabowo berarti akhir dari demokrasi Indonesia? (Bagian 2) – Akademisi

7
0

Esentralisasi juga memungkinkan politik lokal berkembang dan memicu munculnya sejumlah politisi serupa di seluruh Indonesia, dan khususnya di luar Pulau Jawa. Ganjar Pranowo Dan Anies Baswedan, dua calon presiden pada Pemilu 2024, adalah salah satu contohnya. Kecuali jika terjadi perang eksternal yang besar atau bencana alam yang tingkat keparahannya tidak dapat diperkirakan, kemungkinan terjadinya resentralisasi pemerintahan militer di Indonesia hampir tidak ada.

Kedua, tingkat kekerasan politik dan sosial menurun tajam di era demokrasi. Hal ini terutama terjadi pada dekade pertama setelah pemilu tahun 1999. Berakhirnya perang separatis di Aceh, kemerdekaan Timor-Leste, meredanya konflik agama di Sulawesi dan pemisahan Papua semuanya berkontribusi terhadap hasil yang mengesankan ini. Mobilitas yang lebih besar di nusantara yang didorong oleh pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi telah membantu menjaga rendahnya tingkat konflik sosial di Indonesia.

Ketiga, adanya dampak urbanisasi di Indonesia dan pesatnya peningkatan kelas konsumen atau kelas menengah. Menurut data Bank Dunia, kelas menengah Indonesia telah tumbuh sebesar 12 persen per tahun sejak tahun 2002, jauh di atas pertumbuhan PDB riil. Perekonomian pedesaan tradisional di Indonesia sedang diubah di depan mata kita menjadi sebuah wilayah perkotaan.

Hal ini mengubah lanskap ekonomi dan sosialnya. Di satu sisi, hal ini mendorong munculnya pasar domestik Indonesia yang terintegrasi. Integrasi tersebut dipicu oleh upaya berkelanjutan pada konektivitas fisik melalui bandara antar kota, jalan raya, jembatan dan jalur kereta api. Kelas menengah Indonesia yang tumbuh pesat juga merupakan kelas muda dan mobile. Ia tidak memiliki pengalaman pribadi mengenai pemerintahan Orde Baru atau cerita rakyat militer. Ini digunakan untuk masyarakat sipil, media sosial, komunikasi instan dan transaksi non-tunai.

Presiden terpilih Prabowo benar ketika mengatakan bahwa sifat politik Indonesia telah berubah tanpa bisa dikenali. Demokrasi akan tetap ada, meski masih banyak yang perlu direformasi dan dirasionalisasi. Tidak ada pidato yang berapi-api mengenai penindasan terhadap minoritas tertentu, ala Myanmar, atau perlunya memulihkan ketertiban nasional atau kebebasan bergerak seperti di Hong Kong, atau untuk membebaskan negara ini dari perselisihan antar faksi seperti di Thailand, atau memang perlunya tetap berapi-api. Mullah dan ekstremisme agama harus disingkirkan seperti di Mesir dan negara lain.

Prabowo dan tokoh-tokoh lainnya tentu saja benar ketika mereka melihat nasionalisme di Indonesia saat ini bukan dalam kaitannya dengan pengambilalihan kekuasaan oleh militer dan pemerintahan otokratis, namun dalam hal mencari cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ini adalah waktu yang tepat untuk memberantas momok kemiskinan absolut di desa-desa yang paling terpencil, untuk mempromosikan start-up bisnis dan untuk menyediakan layanan kesehatan universal dan pendidikan berkualitas tinggi.

Setiap Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Program makanan sekolah dari kakek yang menggemaskan ini untuk seluruh Indonesia adalah program yang direkomendasikan oleh banyak organisasi internasional selama beberapa dekade. Apakah hal ini masih jauh dari gagasan layanan kesehatan universal atau peningkatan belanja pendidikan?

Source link
1711953560