Oleh Ying Xian Wong

Bank sentral Indonesia tetap pada pertemuan kebijakan bulan Juni seperti yang diharapkan, dengan tujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali serta menjaga stabilitas rupiah.

Bank Indonesia pada hari Kamis mempertahankan suku bunga acuan reverse repo tujuh hari di 6,25%. Keenam ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal sudah memperkirakan keputusan tersebut.

Bank sentral juga mempertahankan suku bunga fasilitas simpanan semalam di 5,50% dan suku bunga fasilitas pinjaman di 7,0%.

Keputusan tersebut konsisten dengan sikap bank yang bersifat pre-emptive dan forward-looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dan memperkuat rupiah, kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada konferensi pers hari Kamis.

Pertumbuhan Indonesia tetap kuat meskipun ada ketidakpastian global, didukung oleh bank sentral dan kebijakan pemerintah, kata gubernur. Bank sentral memperkirakan pertumbuhan tahun 2024 sebesar 4,7% hingga 5,5%, dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dalam stimulus serta kebijakan makroprudensial, tambahnya.

Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah juga terjaga sesuai dengan intervensi Bank Indonesia, ujarnya. Arus masuk modal asing, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah dan pertumbuhan yang kuat juga dapat memberikan dukungan terhadap mata uang tersebut, katanya.

Bank Indonesia mengatakan inflasi konsumen dan inti harus tetap berada dalam kisaran target 1,5% hingga 3,5% pada tahun 2024, karena masih terdapat kapasitas yang signifikan dalam perekonomian.

Ke depan, bank sentral Indonesia diharapkan untuk “tetap bersabar dan berhati-hati” bahkan dengan kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan September, untuk lebih yakin bahwa rupiah dapat stabil secara berkelanjutan, kata ekonom Barclays Brian Tan dalam sebuah catatan.

Tan terus memperkirakan Bank Indonesia akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal pertama tahun depan, dan memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis poin per kuartal hingga suku bunga kebijakan mencapai 5,0%. Ia mengakui terdapat risiko signifikan terkait proyeksi ini karena volatilitas nilai tukar rupiah.

Sementara itu, ekonom Capital Economics Gareth Leather dan Ankita Amajuri, yang memperkirakan The Fed akan melakukan pemotongan pada bulan September, berpendapat bahwa Bank Indonesia dapat melakukan hal yang sama pada bulan Oktober.

Nilai tukar rupiah bisa mendapat dorongan terhadap dolar karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed semakin meningkat, Capital Economics menambahkan.

Kirimkan surat kepada Ying Xian Wong di yingxian.wong@wsj.com

(AKHIR) Dow Jones Newswires

20-06-24 0614ET

Sumber