(26 Juni): Perusahaan-perusahaan di Indonesia menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai lemahnya nilai tukar rupiah yang meningkatkan biaya-biaya mereka.

Mata uang tersebut menjadi agenda utama pada pertemuan tertutup antara anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada hari Selasa.

“Kami ingin mendapat jawaban langsung dari Bank Indonesia,” kata Ketua Kadin Arsjad Rasjid kepada wartawan usai pertemuan, seperti dikutip dari Antara. Bisnis Indonesia.

Melemahnya nilai tukar telah meningkatkan biaya impor bahan mentah dan barang modal bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor, mulai dari makanan dan minuman hingga penerbangan. Pembayaran utang luar negeri yang lebih mahal juga membebani dunia usaha.

Rupiah telah merosot lebih dari 6% terhadap dolar tahun ini, terbesar di Asia Tenggara setelah baht Thailand. Mata uang ini melemah 0,2% menjadi ditutup pada 16,405 per dolar pada hari Rabu, mendekati level terendah empat tahun yang dicapai minggu lalu.

Kemarahan perusahaan-perusahaan tersebut memperburuk tekanan terhadap bank sentral, yang mandatnya mencakup menjaga stabilitas mata uang, untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna mempertahankan rupiah. Warjiyo mengatakan kepada parlemen pada hari Senin bahwa dia menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan, dan dia siap melakukannya jika diperlukan.

Bank Indonesia telah melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar dan menjual surat berharga rupiah dengan imbal hasil tinggi untuk mendatangkan aliran masuk modal.

Diunggah oleh Magessan Varatharaja

Sumber