“Kalau Singapura, Abu Dhabi, dan Hong Kong bisa, kenapa kita tidak bisa?” ujarnya, seraya menambahkan bahwa Indonesia bisa memperoleh aliran dana antara US$100 juta hingga US$1 miliar dari kantor-kantor tersebut, yang mendukung individu-individu kaya yang ingin mengelola aset dan investasi mereka.

Menteri senior itu juga mengatakan minggu lalu bahwa ia telah menerima lampu hijau dari Presiden Joko Widodo, yang telah menyetujui rencananya untuk membuka kantor keluarga di Bali.

Luhut mencatat tingginya proporsi bisnis milik keluarga di Indonesia menciptakan permintaan domestik yang signifikan terhadap layanan kantor keluarga yang dapat membantu filantropi dan perencanaan suksesi. Dengan demikian, kantor-kantor ini juga akan memungkinkan keluarga kaya untuk mempertahankan aset mereka di Indonesia dibandingkan memindahkannya ke luar negeri, tambahnya.

Diperkirakan 95 persen bisnis di Indonesia dimiliki keluarga, Deloitte Indonesia melaporkan pada tahun 2019.

Kawasan pusat bisnis keuangan di Singapura pada bulan April. Negara kota tersebut memiliki 1.400 kantor keluarga tunggal pada akhir tahun lalu, menurut Otoritas Moneter Singapura. Foto: AFP

Persaingan yang ketat

Menurut laporan tahun 2023 yang dibuat oleh perusahaan konsultan KPMG, 9 persen dari 20.000 kantor keluarga di seluruh dunia berlokasi di Asia, dan benua ini juga merupakan rumah bagi jumlah miliarder tertinggi di dunia.

Singapura dan Hong Kong khususnya telah terlibat dalam pertempuran selama beberapa tahun terakhir untuk menarik investor kaya, terutama dari daratan China.

Di Singapura, jumlah kantor keluarga tunggal melonjak dari 50 pada tahun 2018 menjadi 1.400 pada akhir tahun lalu, menurut Otoritas Moneter Singapura, yang menghasilkan kekayaan pribadi miliaran dolar.

Sementara itu, laporan dari Deloitte pada bulan Maret memperkirakan terdapat lebih dari 2.700 kantor keluarga tunggal yang beroperasi di Hong Kong pada akhir tahun lalu.

Indonesia menghadapi persaingan ketat dari kedua pusat keuangan ini, terutama karena keduanya telah memiliki reputasi yang kuat di bidang pengelolaan kekayaan selama beberapa dekade terakhir, kata para analis.

“Agar Indonesia dapat bersaing dengan Singapura atau Hong Kong dalam bidang pengelolaan kekayaan, Indonesia perlu menciptakan kepercayaan pada sistem secara keseluruhan, terutama terkait tata kelola dan kapasitas kelembagaan untuk melindungi investor dan konsumen,” kata Siwage Dharma Negara, peneliti senior dan salah satu peneliti di bidang pengelolaan kekayaan. koordinator Program Studi Indonesia di ISEAS Singapura – Yusof Ishak Institute.

Maisya Sabhira, penasihat bisnis dan investasi di konsultan pajak Tax Prime yang berbasis di Jakarta, mengatakan Singapura dan Hong Kong diuntungkan dari stabilitas politik yang relatif, kerangka peraturan yang kuat, infrastruktur keuangan yang canggih, dan sistem hukum umum.

“Meskipun Indonesia memiliki potensi karena ukuran pasar dan pertumbuhan ekonominya, saat ini Indonesia menghadapi tantangan dalam hal kejelasan regulasi, kompleksitas sistem hukum, kesenjangan infrastruktur, serta persepsi tata kelola dan transparansi,” katanya.

Peserta meluncurkan layang-layang raksasa saat Festival Layang-Layang Bali di pantai Mertasari di pulau Bali, Indonesia pada 23 Juni. Foto: AFP

Perubahan hukum secara menyeluruh

Bali juga harus beralih ke sistem hukum umum untuk memungkinkan pembentukan kantor keluarga, karena kerangka hukum perdata saat ini tidak memiliki infrastruktur hukum yang diperlukan, khususnya untuk persyaratan arbitrase internasional.

Meskipun Luhut mengatakan Jakarta akan mempertimbangkan langkah tersebut, para ahli berpendapat bahwa hal itu memerlukan perubahan institusional dan legislatif yang signifikan.

“Kemungkinan Jakarta mengambil langkah ini akan bergantung pada kemauan politik, dukungan dari para pemangku kepentingan, dan manfaat yang dirasakan dibandingkan dengan kompleksitas implementasinya,” kata Gatot Soepriyanto, seorang profesor akuntansi di Universitas Binus di Bekas, Indonesia.

Meski demikian, Gatot berpendapat bahwa perekonomian Indonesia yang besar dan letaknya yang strategis akan memberikan keunggulan kompetitif jika mampu mengatasi tantangan regulasi dan menawarkan insentif pajak untuk menarik orang-orang kaya.

“Indonesia dapat memanfaatkan daya tarik budaya dan alam yang unik di Bali untuk menawarkan keunggulan dibandingkan pusat keuangan lainnya,” tambahnya.

Analis Negara dari ISEAS – Yusof Ishak Institute mengatakan perlunya “pengawasan dan diskusi lebih lanjut” dengan para pemangku kepentingan mengenai apakah Bali memiliki infrastruktur keuangan untuk mendukung kantor-kantor baru ini, khususnya dibandingkan dengan Jakarta di mana sebagian besar kegiatan keuangan negara berada. .

Pada akhirnya, untuk memantapkan dirinya dalam pengelolaan kekayaan, Indonesia harus membangun reputasi yang kuat dalam kerangka keuangan dan hukumnya, kata Negara.

“Ini akan memakan waktu lama untuk dibangun karena Indonesia masih menghadapi berbagai masalah terkait kerangka regulasinya,” imbuhnya.

Sumber