• Pusat data nasional Indonesia mengalami serangan siber yang dilakukan oleh kelompok peretas yang menuntut uang tebusan sebesar $8 juta.
  • Lebih dari 200 lembaga pemerintah di tingkat nasional dan regional telah terkena dampak sejak serangan dimulai Kamis lalu.
  • Beberapa layanan, seperti imigrasi, telah dipulihkan, tetapi upaya masih terus dilakukan untuk memulihkan layanan lain seperti perizinan investasi.

Pusat data nasional Indonesia telah dibobol oleh kelompok peretas yang meminta tebusan sebesar $8 juta, namun pemerintah menyatakan tidak akan membayar.

Serangan siber telah mengganggu layanan lebih dari 200 lembaga pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah sejak Kamis lalu, kata Samuel Abrijani Pangerapan, direktur jenderal aplikasi informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Beberapa layanan pemerintah telah kembali — layanan imigrasi di bandara dan tempat lain sekarang berfungsi — tetapi upaya terus berlanjut untuk memulihkan layanan lain seperti perizinan investasi, kata Pangerapan kepada wartawan pada hari Senin.

FRONTIER FALLOUT SEBAGAI 750 Ribu DATA PELANGGAN TERKENA DALAM SERANGAN CYBERATTACK RANSOMHUB

Para penyerang telah menyandera data dan menawarkan kunci akses sebagai imbalan atas uang tebusan sebesar $8 juta, kata Direktur Jaringan & Solusi TI PT Telkom Indonesia, Herlan Wijanarko, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Petugas memeriksa paspor penumpang

Petugas memeriksa paspor penumpang yang berangkat ke Singapura di pos pemeriksaan imigrasi terminal feri Bandar Bentan Telani di Pulau Bintan, Indonesia, pada 15 Mei 2024. Pusat data nasional Indonesia telah dibobol oleh kelompok peretas yang meminta tebusan $8 juta yang menurut pemerintah tidak akan dibayarkan. (Foto AP/Dita Alangkara, Arsip)

Wijanarko mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang di dalam dan luar negeri sedang menyelidiki dan berupaya memecahkan enkripsi yang membuat data tidak dapat diakses.

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah tidak akan membayar uang tebusan.

“Kami sudah berupaya maksimal untuk melakukan pemulihan, sementara (Badan Siber dan Sandi Negara) sedang melakukan forensik,” imbuh Setiadi.

Kepala lembaga tersebut, Hinsa Siburian, mengatakan mereka telah mendeteksi sampel ransomware Lockbit 3.0.

Pratama Persadha, Ketua Lembaga Penelitian Keamanan Siber Indonesia, mengatakan serangan siber saat ini merupakan serangan paling parah dari serangkaian serangan ransomware yang menyerang instansi pemerintah dan perusahaan Indonesia sejak 2017.

KLIK DI SINI UNTUK MENDAPATKAN APLIKASI FOX NEWS

“Gangguan pada pusat data nasional dan waktu pemulihan sistem yang memakan waktu berhari-hari membuat serangan ransomware ini luar biasa,” kata Persadha. “Ini menunjukkan bahwa infrastruktur siber dan sistem servernya tidak ditangani dengan baik.”

Dia mengatakan serangan ransomware tidak akan ada artinya jika pemerintah memiliki cadangan yang baik yang dapat secara otomatis mengambil alih server utama pusat data nasional selama serangan siber.

Bank sentral Indonesia diserang ransomware pada tahun 2022, tetapi layanan publik tidak terpengaruh. Aplikasi COVID-19 Kementerian Kesehatan diretas pada tahun 2021, sehingga data pribadi dan status kesehatan 1,3 juta orang terekspos.

Tahun lalu, sebuah platform intelijen yang memantau aktivitas jahat di dunia maya, Dark Tracer, mengungkapkan bahwa kelompok peretas dikenal sebagai ransomware LockBit, diklaim telah mencuri 1,5 terabyte data yang dikelola oleh bank syariah terbesar di Indonesia, Bank Syariah Indonesia.

Sumber