JAKARTA (Reuters) – Lebih dari 40 lembaga di Indonesia, termasuk kementerian yang mengawasi imigrasi, terkena dampak serangan siber terhadap pusat data negara, kata seorang pejabat pada Rabu.

Serangan siber terbaru ini, yang terburuk yang pernah dialami negara ini dalam beberapa tahun terakhir, mengganggu layanan imigrasi dan mempengaruhi operasional bandara-bandara utama di Indonesia selama berhari-hari.

Empat puluh empat lembaga pemerintah, termasuk kementerian utama, menjadi sasaran serangan ransomware, kata Usman Kansong, seorang pejabat dari kementerian komunikasi.

Data di lima lembaga, termasuk layanan imigrasi dan Kementerian Koordinator Investasi, telah dipulihkan, dan pemerintah berupaya memulihkan data di 39 lembaga lainnya, katanya.

“Kami berharap data di 18 instansi pemerintah bisa pulih pada akhir bulan ini,” kata Usman.

Dalam konferensi pers bersama Kementerian, Direktur Telkom Group Harlan Wijanarko mencoba meyakinkan masyarakat Indonesia dengan mengatakan bahwa data mereka aman.

“Kami telah mengisolasi sistem di pusat data nasional sehingga tidak ada yang bisa masuk. Kami memutus akses dari luar,” katanya sambil menambahkan bahwa mereka masih menyelidiki penyebab serangan itu.

Grup Telkom mengoperasikan dua pusat data besar di Indonesia, satu di ibu kota Jakarta dan satu lagi di Surabaya.

Seluruh instansi pemerintah di Indonesia mengandalkan pusat-pusat tersebut untuk menyimpan data. Pusat data Surabaya menjadi sasaran penyerangan.

Kementerian Komunikasi Indonesia mengumumkan awal pekan ini bahwa penyerang telah menggunakan perangkat lunak berbahaya yang disebut Lockbit 3.0 dan meminta uang tebusan sebesar $8 juta, namun ditolak oleh pemerintah.

Kelompok kejahatan dunia maya Lockbit terkenal menggunakan ransomware untuk memeras korbannya secara digital.

Perangkat lunak tebusan bekerja dengan mengenkripsi data korban. Peretas dapat menawarkan kunci sebagai imbalan atas pembayaran jutaan dolar, biasanya melalui mata uang kripto.

(Laporan Ananda Teresia, Editing Anil D'Silva)

Penafian: Laporan ini dibuat secara otomatis dari layanan berita Reuters. ThePrint tidak bertanggung jawab atas isinya.

Sumber