Mendukung pengembangan sektor EV di Indonesia

JAKARTA: Pergeseran transformatif menuju elektrifikasi sektor transportasi di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik (EV), yang memberikan peluang bisnis yang menjanjikan bagi investor lokal dan luar negeri.

Peralihan dari kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) ke EV akan membantu mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi, yang juga berkontribusi terhadap target nol bersih Indonesia secara keseluruhan.

Menurut laporan yang dirilis oleh McKinsey, Asia Pasifik bertanggung jawab atas 50% emisi gas rumah kaca (GRK) global tahunan dan mewakili peluang terbesar, dengan potensi US$4 triliun hingga US$5 triliun pada tahun 2030 di 11 sektor.

Dari 11 sektor, transportasi menempati peringkat teratas dengan perkiraan US$1,1 triliun, diikuti oleh listrik dengan US$800 miliar, dan konstruksi dengan US$570 miliar.

Bersamaan dengan inisiatif keberlanjutan global, tren meningkatnya Indonesia dalam beralih ke transportasi hijau juga ditegaskan oleh komitmen pemerintah untuk mencapai target emisi nol bersih (NZE).

Peta Jalan NZE Indonesia untuk Sektor Energi 2060 mengamanatkan bahwa tingkat emisi sektor transportasi pada tahun 2060 tidak boleh melebihi 52 juta ton karbon dioksida, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sebagai ekonomi terbesar di Asean, Indonesia yang kaya sumber daya alam dengan populasi sekitar 270 juta merupakan rumah bagi lebih dari 125 juta sepeda motor dan lebih dari 17 juta mobil.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada rangkaian program terakhir KTT Asean 2023 bahwa Asean sepakat untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dan menjadi bagian penting dari rantai pasokan global, oleh karena itu, pengembangan industri hilir menjadi sangat penting.

Ambisi Indonesia untuk mengembangkan pusat kendaraan listrik didukung kuat oleh melimpahnya sumber daya alam negara ini, khususnya nikel, sumber daya penting untuk baterai kendaraan listrik.

Hal ini menjelaskan mengapa banyak perusahaan, termasuk produsen terkait transportasi, menanamkan keberlanjutan ke dalam strategi mereka untuk mendukung sektor transportasi yang ramah lingkungan.

Dannif Danusaputro, Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) mengungkapkan, peralihan kendaraan berbahan bakar bensin ke kendaraan listrik didorong oleh meningkatnya permintaan, meningkatnya pasokan, dan kerangka regulasi yang mendukung, yang menjadi salah satu faktor utama pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik.

Data dari AEML menunjukkan jumlah kendaraan listrik roda dua melonjak 262% menjadi 62.409 pada tahun 2023, dibandingkan dengan 17.198 pada tahun 2022; sementara jumlah kendaraan listrik roda empat naik 43% menjadi 12.248 pada tahun 2023, dibandingkan dengan 8.562 pada tahun sebelumnya.

Indonesia telah menetapkan target 12 juta kendaraan listrik roda dua dan tiga, serta satu juta kendaraan listrik roda empat, bus listrik, dan kendaraan listrik komersial di jalan raya negara ini pada tahun 2035.

Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan konsumsi bahan bakar fosil sebesar 21,65 juta barel, atau setara dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 7,9 juta ton secara total. Kebutuhan untuk menglistriki transportasi tidak pernah lebih mendesak, dan perombakan ini merupakan peluang besar untuk mengubah masa depan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. — The Jakarta Post/ANN

Sumber