Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) melaporkan 10 pabrik pengolahan rumput laut yang tidak aktif sejak 2016, kini mendapat bantuan dari Kementerian Perindustrian untuk kembali beroperasi.

Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mengungkapkan, sejak 2016, 10 pabrik pengolahan rumput laut tidak aktif sehingga hanya tersisa 45 pabrik yang beroperasi di Tanah Air. Sebagai responnya, Kementerian Perindustrian mengambil langkah membantu pabrik-pabrik yang tidak aktif tersebut untuk kembali beroperasi, sejalan dengan inisiatif pemerintah dalam hilirisasi rumput laut pada tahun 2024.

Wakil Ketua ARLI Pontas Tambunan mengatakan 10 pabrik ini menerima bantuan restrukturisasi mesin.

“Ada pula yang dibantu Kementerian Perindustrian untuk revitalisasi,” kata Pontas di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengumumkan Kementerian sedang merevisi Peraturan Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pemberian Bantuan Mesin dan Peralatan. Peraturan yang direvisi ini akan menawarkan subsidi sebesar 30 hingga 35 persen dari biaya mesin baru.

Untuk pabrik rumput laut skala kecil dan menengah, subsidinya bisa mencapai 40 persen.

“Hal ini akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produk industri rumput laut,” kata Putu.

Ia mencontohkan insentif bagi industri rumput laut, termasuk pemberian status kawasan industri kepada banyak pabrik yang saat ini tidak berlokasi di kawasan industri yang ditetapkan.

Mengingat lokasi pabrik-pabrik tersebut yang unik, seringkali dekat dengan laut, maka mencapai status kawasan industri seharusnya mudah dilakukan. “Kami sedang mendiskusikan langkah ini dengan pemerintah daerah terkait,” katanya.

Insentif ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam hilirisasi rumput laut. Menurut Putu, pelonggaran status kawasan industri akan memudahkan diversifikasi produk, kerja sama industri, dan sertifikasi kandungan lokal (TKDN).

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Mochammad Firman Hidayat mengatakan rumput laut dapat diolah menjadi lima produk yakni karagenan dan jeli, pupuk organik, pengganti gandum, plastik ramah lingkungan, serta biofuel.

Saat ini budidaya rumput laut di Indonesia hanya mengolah karaginan dan jelly, serta pupuk organik.

Harga rumput laut dalam negeri berkisar antara US$1.000 hingga US$2.000 per ton. Industri pupuk organik dapat menyerap rumput laut dengan harga US$8.000 per ton, sedangkan industri karagenan dan agar-agar dapat menyerap hingga US$13.000 per ton (Rp213,5 Juta).

Karagenan dan agar-agar berfungsi sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, dan makanan olahan.

Agar industri substitusi gandum bisa mencapai skala ekonomi, rumput laut harus dihargai US$300 per ton. Industri plastik ramah lingkungan menghargai rumput laut sebesar US$250 per ton, dan industri biofuel sebesar US$100 per ton.

Sumber