“Beberapa teman saya yang tidak langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah juga sedang berjuang … sekarang kami harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan dengan (mahasiswa baru) yang lulus tahun ini.”

Ferdy adalah satu dari setidaknya 10 juta generasi Z Indonesia – yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 – yang menganggur dan tidak terdaftar dalam program pendidikan atau pelatihan formal apa pun, menurut laporan yang baru-baru ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Laporan itu juga menemukan bahwa pengangguran di antara mereka yang berusia 20 hingga 24 tahun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, naik dari 12,86 persen pada tahun 2015 menjadi 17,02 persen pada tahun 2022.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka pengangguran rata-rata nasional yang pada Februari 2023 mencapai 5,45 persen. Artinya, pengangguran sangat tinggi pada kelompok usia muda.

Para pekerja di jalan pada jam sibuk pagi hari di Jakarta, Indonesia pada bulan Juni. Sebuah laporan baru-baru ini menyebutkan setidaknya 10 juta Gen Z Indonesia menganggur dan tidak terdaftar dalam program pendidikan atau pelatihan formal apa pun. Foto: Bloomberg

Para ahli telah memperingatkan bahwa membiarkan begitu banyak anak muda Indonesia berada dalam kondisi limbo – di mana mereka tidak bekerja atau belajar – dapat menyebabkan tantangan demografi dan krisis pengangguran di tahun-tahun mendatang.

Menurut Dewa Wisana, demografer di Universitas Indonesia, negara ini saat ini tengah mengalami bonus demografi, dengan lebih dari 70 persen penduduknya berada dalam kelompok “usia kerja utama” berusia 15-64 tahun.

Pada bulan Maret, Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pemerintah bertekad untuk memanfaatkan dividen ini.

“Saya sudah berkali-kali sampaikan, bahwa negara kita Indonesia punya peluang besar, punya potensi besar untuk menjadi negara maju saat mencapai puncak bonus demografi di tahun 2045,” ujarnya.

Jakarta berharap untuk mencapai status negara maju dalam dua dekade mendatang, di bawah visi “Indonesia Emas 2045”, dan pemerintah mengandalkan kaum muda untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pemerintah ingin memanfaatkan bonus demografi. Foto: Reuters

Namun, para ahli memperingatkan bahwa meskipun ada peluang ekonomi yang ditawarkan oleh lanskap demografi Indonesia saat ini, penciptaan lapangan kerja belum mengimbangi pertumbuhan populasi usia kerja, sehingga berkontribusi terhadap tingginya angka pengangguran di kalangan muda.

“Saat ini lapangan pekerjaan yang tersedia untuk anak muda masih kurang,” kata Dewa. “Data menunjukkan bahwa durasi pencarian kerja bagi lulusan perguruan tinggi juga meningkat, yakni sedikitnya sembilan bulan, atau hampir setahun.

“Jadi semakin banyak siswa yang berkualifikasi yang bersaing untuk mendapatkan lebih sedikit pekerjaan,” katanya.

Akibatnya, Indonesia berisiko mengalami tingkat pengangguran yang lebih tinggi bagi pekerja terampil dan terdidik dalam beberapa tahun ke depan, imbuhnya. Dalam jangka panjang, pemerintah mungkin menghadapi tekanan untuk memberikan lebih banyak bantuan sosial kepada kelompok ini, di tengah kekhawatiran tentang apakah Indonesia memiliki kapasitas keuangan untuk melakukannya.

Laporan BPS menemukan lebih dari separuh dari 10 juta Gen Z yang menganggur dan tidak bersekolah berasal dari daerah perkotaan.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa 5,72 juta adalah perempuan, dan 4,16 juta adalah laki-laki. Para ahli mengatakan hal ini terjadi karena norma-norma sosial yang sudah ada di negara tersebut membuat perempuan muda cenderung tidak mengejar pekerjaan formal dan lebih memilih mengerjakan tanggung jawab rumah tangga.

Yulia Putri, dari Bekaski, menuturkan kepada This Week in Asia bahwa ia berharap dapat melanjutkan pendidikan tinggi dan menjadi perawat, tetapi keluarganya membutuhkannya untuk mendukung bisnis katering mereka.

“Mungkin saya bisa kembali ke sekolah nanti,” kata wanita berusia 21 tahun itu, seraya menambahkan bahwa ia juga membantu mengurus ketiga adiknya.

Pembangkit listrik tenaga batu bara di Kota Bandung, Jawa Barat pada Agustus 2023. Para ahli mengatakan sektor industri di Indonesia mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir. Foto: Bloomberg

Para ahli menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan minimnya kesempatan kerja bagi kaum muda di Indonesia, termasuk pandemi Covid-19 yang menyebabkan meningkatnya peralihan ke pekerjaan informal.

Sektor industri di Indonesia telah mandek dalam 10 tahun terakhir, terutama industri manufaktur yang menghasilkan lebih sedikit lapangan kerja, menurut Dewa.

“Juga terjadi ketidaksesuaian… jenis pelatihan dan pendidikan yang diterima siswa di sekolah tidak sesuai dengan permintaan pasar kerja, terutama dalam hal digitalisasi dan teknologi,” katanya.

Dewa menghimbau pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan vokasional agar selaras dengan kebutuhan industri.

Pemerintah telah meluncurkan beberapa program untuk mendukung ketenagakerjaan muda, termasuk inisiatif Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mengharuskan siswa untuk mengikuti magang, dan skema peningkatan keterampilan Kartu Prakerja untuk warga negara berusia di atas 18 tahun yang menganggur dan tidak terdaftar di sekolah.

Namun saat ini, anak muda yang memiliki gelar sarjana seperti Ferdy berharap mendapatkan terobosan di tengah persaingan mencari kerja yang penuh tantangan.

“Penolakan ini sangat mengecewakan bagi saya dan keluarga,” katanya. “Saya berharap dapat segera mendapatkan pekerjaan di bidang saya.”

Sumber