Namun Freeport mengatakan bahwa meskipun pabrik peleburan tersebut diperkirakan akan mulai beroperasi pada bulan Juni, pabrik tersebut baru akan mencapai kapasitas produksi penuh pada akhir tahun ini, sehingga menyisakan kelebihan produksi konsentrat.

“Kalau ada potensi pemberian izin ekspor dengan selisih (volume), saya kira itu harus kita pertimbangkan dan lakukan,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kepada wartawan.

Perusahaan terus berdiskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan izin ekspor, kata juru bicara Freeport Indonesia.

Kewenangan pemberian izin berada di Kementerian Pertambangan, namun juga mempertimbangkan masukan dari Kementerian lain.

Kementerian pertambangan menolak untuk segera mengomentari masalah ini.

CEO Freeport Indonesia sebelumnya mengatakan bahwa mereka mungkin harus memangkas produksi bijih tembaga sebesar 40% tahun ini jika perusahaan tersebut tidak diizinkan mengekspor dan pendapatan negara tidak dapat diperoleh. berpotensi turun sekitar $2 miliar.

Sementara itu, Indonesia sedang bernegosiasi untuk mengakuisisi tambahan 10% saham Freeport Indonesia, pembicaraan yang menurut Bahlil “mendekati tahap akhir”.

(Oleh Bernadette Christina Munthe dan Fransiska Nangoy; Disunting oleh Kirsten Donovan)


Baca selengkapnya: Freeport-McMoRan mengalahkan produksi tembaga, produksi emas melonjak



Sumber