Serangkaian serangan siber baru-baru ini telah mengungkap kerentanan dalam berbagai platform digital terkemuka dan infrastruktur nasional, sehingga memicu diskusi tentang pentingnya tindakan keamanan siber yang tangguh.

Awal bulan ini, TikTok mengalami peretasan besar-besaran yang membahayakan beberapa akun terkenal, termasuk akun Paris Hilton dan CNN. Menurut Christian Rebernik, salah satu pendiri dan salah satu CEO Tomorrow University of Applied Sciences, peretasan ini menggarisbawahi perlunya memprioritaskan teknologi yang bertanggung jawab. Rebernik berkomentar, “Kenyataannya, kita akan terus melihat serangan siber besar-besaran kecuali organisasi mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan teknologi mereka aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. Jika yang diperlukan hanyalah mengklik DM untuk membahayakan akun, Anda perlu mengevaluasi ulang postur keamanan Anda.”

Rebernik menekankan peran kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan keamanan siber, dengan mencatat bahwa AI dapat menganalisis sejumlah besar data secara real time untuk mendeteksi lalu lintas jaringan yang tidak biasa, pola, dan upaya akses yang tidak sah. Ia menyoroti pentingnya analisis prediktif yang didukung AI, yang dapat memperkirakan potensi pelanggaran keamanan dengan memeriksa data historis dan mengidentifikasi tren. Menekankan kebutuhan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan dalam ilmu data, pembelajaran mesin, dan keamanan siber, Rebernik mengatakan, “Memiliki tim yang beragam dengan keterampilan serta latar belakang, jenis kelamin, dan pendapat yang berbeda juga merupakan kunci untuk memanfaatkan berbagai pengalaman dan mempromosikan perilaku AI yang lebih etis.”

Hanna Basha, Mitra di Payne Hicks Beach, memberikan wawasan tambahan tentang peretasan TikTok baru-baru ini. Basha menunjukkan implikasi hukumnya, dengan mencatat bahwa individu yang membagikan pesan pribadi memiliki hak hukum atas privasi, kerahasiaan, dan data. Ia menyarankan, “Sekarang hampir mustahil untuk menghindari serangan semacam ini dan oleh karena itu sangat penting bagi individu untuk mempertimbangkan dengan saksama apa yang mereka bagikan di platform media sosial. Saran praktisnya adalah mencoba membatasi apa yang Anda bagikan, bahkan dalam pesan langsung, dan sebelum mengirim pertimbangkan apakah itu dapat merusak atau memalukan jika dipublikasikan.”

Sementara insiden TikTok menimbulkan dampak di lanskap media sosial, insiden keamanan siber lain yang signifikan telah terjadi di Indonesia. Serangan ransomware menargetkan pusat data nasional Indonesia, yang menyebabkan gangguan besar pada layanan publik. Tanggapan dari pemerintah Indonesia telah dipuji atas ketegasannya dalam menolak membayar tuntutan tebusan, mengirimkan pesan yang kuat untuk tidak menyerah kepada penjahat siber.

Nigel Ng, Wakil Presiden Senior untuk Asia Pasifik dan Jepang di Tenable, memuji respons pemerintah Indonesia, dengan menyatakan, “Kami memuji pemerintah Indonesia atas responsnya yang cepat dan tegas terhadap serangan ransomware. Keteguhan ini menggarisbawahi komitmen terhadap integritas keamanan siber. Insiden ini menyoroti pentingnya pemantauan berkelanjutan dan deteksi ancaman secara real-time untuk mengurangi dampak serangan canggih tersebut.”

Ng memperingatkan tentang lanskap ancaman yang terus berkembang yang dilambangkan oleh keterlibatan berulang LockBit dalam serangan-serangan besar di seluruh dunia. Ia menekankan perlunya kolaborasi yang kuat antara lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan sektor swasta, dengan menyatakan bahwa keahlian bersama dan upaya-upaya terkoordinasi sangat penting untuk meningkatkan pertahanan terhadap ancaman-ancaman yang terus-menerus.

Langkah proaktif Indonesia dalam menangani pelanggaran dan memulihkan layanan publik secara bertahap telah dipandang positif, menunjukkan dedikasi untuk menjaga keamanan dan kepercayaan warga negaranya. “Melalui keahlian bersama dan upaya terkoordinasi, kita dapat meningkatkan pertahanan terhadap ancaman yang terus-menerus ini dan membangun infrastruktur digital yang lebih tangguh yang mampu menahan serangan siber di masa mendatang,” pungkas Ng.

Insiden ini menyoroti kebutuhan mendesak bagi organisasi dan pemerintah untuk meninjau kembali dan memperkuat strategi keamanan siber mereka. Seiring terus berkembangnya lanskap digital, kebutuhan akan solusi teknologi yang canggih, etis, dan inklusif menjadi semakin penting dalam melindungi dari ancaman siber di masa mendatang.

Sumber