• ISP lokal angkat senjata terhadap masuknya Starlink ke Indonesia
  • Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia telah meminta Pemerintah untuk melarang Starlink menjual layanan berbasis satelit di negara tersebut
  • Indonesia berupaya menyeimbangkan antara menjembatani kesenjangan digital dan melindungi kepentingan ISP

Layanan internet satelit milik Elon Musk, Starlink, menghadapi perlawanan keras dari penyedia layanan internet (ISP) Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Layanan Internet Indonesia meminta pemerintah untuk melarang lisensi Starlink untuk menjual layanan kepada konsumen karena ISP melihat penyedia satelit sebagai ancaman terhadap pangsa pasar mereka.

ISP telah banyak berinvestasi dalam membangun jaringan terestrial. Mereka percaya bahwa Starlink dapat menjadikannya mubazir jika memutuskan untuk menurunkan tarif untuk bersaing dengan ISP.

Saat ini, Starlink sedang mengenakan biaya jauh lebih banyak daripada ISP pada umumnya di negara ini. Menurut laporan media, Starlink mengenakan biaya bulanan sebesar 750.000 rupiah (sekitar $45) dan biaya awal sebesar 5,9 juta rupiah untuk antena. Di sisi lain, ISP lokal mengenakan biaya sebesar 200.000 hingga 400.000 Rupiah per bulan untuk konektivitas. Namun, karena Starlink tidak perlu berinvestasi dalam pemasangan stasiun pangkalan, hal itu dapat menurunkan tarif, yang pasti akan berdampak pada ISP.

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Muhammad Arif Angga dikabarkan pernah mengatakan bahwa penyedia jasa internet asing berpotensi “mengganggu keberlanjutan dan independensi industri ISP lokal.”

Permintaan Fierce Network untuk memberikan komentar kepada asosiasi tersebut masih belum terjawab saat berita ini ditulis.

Selain Indonesia, Starlink beroperasi di Malaysia dan Filipina di Asia Tenggara. Penyedia layanan internet berbasis satelit ini meluncurkan layanannya di Indonesia pada 19 Mei lalu. Awalnya, Musk meluncurkan layanan internet satelit untuk sektor kesehatan negaratetapi perusahaan tersebut juga memperoleh izin untuk menyediakan layanan kepada konsumen ritel. Perusahaan tersebut disambut baik oleh Pemerintah Indonesia yang melihat Starlink sebagai pendahulu bagi keterlibatan yang lebih mendalam antara Indonesia dan Musk, yang akan menghasilkan lebih banyak investasi.

Tindakan penyeimbangan

Lebih dari 70% penduduk Indonesia sudah terhubung ke internet, namun negara ini menghadapi tantangan dalam menghubungkan sisa penduduknya. Salah satu alasan utama Indonesia kesulitan menyediakan internet berkualitas di seluruh wilayah negara adalah medannya yang kompleks. Populasi Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa tersebar di 17.000 pulau sehingga sulit untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Hal ini menjadikan layanan satelit sangat relevan untuk menyediakan konektivitas di wilayah yang belum terhubung di negara ini.

Pemerintah sangat antusias mendukung Starlink karena fokusnya adalah pada peningkatan infrastruktur digital untuk mempercepat digitalisasi perusahaan. Menurut sebuah laporan laporan Dihimpun oleh Google, Bain & Company, dan Temasek, nilai barang dagangan kotor ekonomi digital Indonesia akan tumbuh dari $109 miliar pada tahun 2025 menjadi $210 miliar hingga $360 miliar pada tahun 2030. Sektor e-commerce dan fintech yang terus berkembang, ditambah dengan populasi muda, mendorong ekonomi digital negara ini.

Sementara penyedia layanan internet berbasis satelit, seperti Starlink, berpotensi berperan dalam menjembatani kesenjangan digital dan meningkatkan ekonomi digital negara ini, pemerintah ingin memastikan bahwa kepentingan ISP dilindungi.

Sumber