“Pada suatu acara, durian hanya disajikan di meja kedua pemimpin, tetapi tidak ada di meja lainnya. Maka para menteri dari kedua negara mulai mengerumuni meja mereka dan bercanda, ‘Ini meja keberuntungan, meja istimewa!’ Suasananya sangat santai,” tambahnya.

Kesempatan untuk bercanda dan menikmati kebersamaan satu sama lain sangatlah penting, terutama di tengah persaingan global yang tegang, kata Ngurah.

“Satu-satunya teman sejati yang kita miliki adalah satu sama lain. Apapun yang terjadi di Indonesia, apapun yang terjadi di Singapura, akan berdampak satu sama lain. Oleh karena itu penting bagi para pemimpin untuk menjaga hubungan baik yang nantinya akan ditiru oleh para pejabat di bawahnya,” imbuhnya.

Selama pandemi Covid-19, Pak Ngurah bercerita pernah membantu mengoordinasikan pengiriman alat pelindung diri dan masker dari Singapura ke Indonesia, serta perlengkapan tidur untuk fasilitas karantina dari Indonesia ke Singapura.

“Ini hanya bisa terjadi karena di puncak, para pemimpin memiliki hubungan yang sangat baik satu sama lain,” ujarnya.

Ketika ayah PM Lee dan pendiri perdana menteri Lee Kuan Yew meninggal pada bulan Maret 2015baik Dr Yudhoyono maupun Bapak Widodo menghadiri acara peringatan tersebut.

Para diplomat Indonesia menyatakan keyakinannya bahwa ikatan kedua negara akan terus kokoh bahkan setelah PM Lee dan Bapak Widodo mengundurkan diri.

“Setiap pemimpin mempunyai peran dalam memperkuat hubungan.

“Membangun hubungan itu seperti membangun rumah. Bapak Lee Kuan Yew telah meletakkan dasar yang kuat bagi hubungan baik Singapura-Indonesia. Tuan Lee Hsien Loong telah membangun tembok dan atap yang kuat,” kata Tuan Andri.

“Sekarang Tuan Lawrence Wong harus mengecat rumah itu dengan warna yang tepat agar elegan, indah, dan nyaman,” tambahnya. Wong, yang merupakan Wakil Perdana Menteri, akan mengambil alih jabatan PM Lee pada tanggal 15 Mei.



Sumber