Bisakah perubahan gaya hidup mengurangi risiko Alzheimer?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Penelitian & Terapi Alzheimer menemukan bahwa perubahan gaya hidup yang intensif dapat secara signifikan meningkatkan kognisi dan fungsi pada pasien dengan gangguan kognitif ringan atau demensia dini akibat penyakit Alzheimer.

Belajar: Pengaruh perubahan gaya hidup intensif terhadap perkembangan gangguan kognitif ringan atau demensia dini akibat penyakit Alzheimer: uji klinis acak dan terkontrol. Kredit Gambar: Prostock-studio / Shutterstock

Latar belakang

Beberapa faktor gaya hidup, antara lain pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, obesitas, diabetes, isolasi sosial, dan stres emosional, diketahui memicu timbulnya dan perkembangan demensia, termasuk penyakit Alzheimer.

Sebanyak 12 faktor risiko yang berpotensi dapat dimodifikasi telah diidentifikasi oleh komisi Lancet untuk pencegahan, intervensi, dan perawatan demensia, yang secara kolektif bertanggung jawab atas sekitar 40% beban global demensia.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan asam lemak omega-3 dalam jumlah tinggi dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer masing-masing sebesar 38% dan 60%. Sebaliknya, konsumsi lemak jenuh atau lemak trans terbukti meningkatkan risiko penyakit Alzheimer lebih dari 2 kali lipat.

Studi yang menyelidiki faktor risiko gaya hidup menemukan bahwa intervensi gaya hidup multidomain lebih efektif dibandingkan intervensi domain tunggal dalam mengurangi risiko demensia dan penyakit Alzheimer. Intervensi multimodal berupa pola makan, olahraga, pelatihan kognitif, dan pemantauan risiko vaskular terbukti dapat mempertahankan fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia yang berisiko lebih tinggi terkena demensia.

Dalam uji klinis terkontrol acak multisenter ini, para ilmuwan telah menyelidiki pengaruh intervensi gaya hidup multidomain intensif selama 20 minggu terhadap perkembangan gangguan kognitif ringan atau demensia dini pada pasien dengan penyakit Alzheimer.

Desain studi

Uji coba dilakukan terhadap total 51 orang dewasa berusia 45 – 90 tahun yang didiagnosis mengalami gangguan kognitif ringan demensia tahap awal akibat penyakit Alzheimer. Dari seluruh peserta, 26 orang secara acak dimasukkan ke dalam kelompok intervensi, dan 25 orang dimasukkan ke dalam kelompok kontrol kebiasaan dan perawatan.

Peserta kelompok intervensi mengikuti program gaya hidup multidomain intensif selama 20 minggu. Intervensi gaya hidup mencakup pola makan (pola makan nabati yang diproses secara minimal, rendah lemak berbahaya, dan rendah karbohidrat olahan serta pemanis dengan suplemen pilihan), olahraga ringan, pendekatan pengelolaan stres, dan kelompok pendukung. Peserta kelompok kontrol diminta untuk tidak melakukan perubahan gaya hidup apa pun selama 20 minggu.

Pada kunjungan tindak lanjut 20 minggu, semua peserta menjalani penilaian klinis dan kognitif. Empat tes dilakukan untuk menilai perubahan kognisi dan fungsi peserta, termasuk Clinical Global Impression of Change (CGIC), Skala Penilaian Penyakit Alzheimer (ADAS-Cog), dan Clinical Dementia Rating–Sum of Boxes (CDR-SB). ), dan Peringkat Demensia Klinis Global (CDR-G).

Biomarker berbasis darah, termasuk rasio plasma aβ42/40 dan taksa mikrobioma, juga dianalisis sebagai ukuran hasil sekunder. Rasio plasma aβ42/40 digunakan untuk menilai risiko patologi penyakit Alzheimer pada pasien dengan gangguan kognitif ringan atau demensia.

Pengamatan penting

Analisis hasil primer pada minggu ke-20 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kognisi dan fungsi pada kelompok intervensi gaya hidup multidomain dan memburuk pada kelompok kontrol.

Kelompok intervensi gaya hidup mengalami perkembangan demensia klinis yang jauh lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol.

Analisis biomarker berbasis darah menunjukkan peningkatan rasio aβ42/40 plasma sebesar 6,4% pada kelompok intervensi dan penurunan sebesar 8,3% pada kelompok kontrol. Rasio plasma aβ42/40 yang tinggi diketahui berhubungan dengan rendahnya deposisi beta-amiloid (ciri utama penyakit Alzheimer) di otak.

Biomarker lainnya, termasuk hemoglobin terglikasi, insulin, glikoprotein asetil, kolesterol lipoprotein densitas rendah, dan β-Hydroxybutyrate (badan keton), juga menunjukkan peningkatan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa tingkat perubahan gaya hidup (antara awal dan tindak lanjut 20 minggu) dan kepatuhan terhadap perubahan gaya hidup yang diinginkan berhubungan secara signifikan dengan perubahan kognisi dan fungsi.

Dengan kata lain, kepatuhan yang lebih tinggi terhadap intervensi gaya hidup yang ditentukan ditemukan dikaitkan dengan peningkatan kognisi dan fungsi yang lebih signifikan.

Analisis mikrobiota menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelompok intervensi tetapi tidak pada kelompok kontrol. Secara khusus, kelompok intervensi menunjukkan induksi pada spesies mikroba yang diketahui berhubungan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer dan pengurangan spesies mikroba yang diketahui meningkatkan risiko penyakit.

Pentingnya mempelajari

Studi tersebut menemukan dampak menguntungkan dari perubahan gaya hidup intensif selama 20 minggu terhadap kognisi dan fungsi pada pasien dengan gangguan kognitif ringan atau demensia dini akibat penyakit Alzheimer.

Perubahan gaya hidup ini dapat dilakukan dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan pengobatan penyakit sehingga dapat dianggap sebagai intervensi yang berharga untuk mencegah penyakit Alzheimer.

Seperti yang disarankan oleh para ilmuwan, uji klinis di masa depan harus mempertimbangkan ukuran sampel yang lebih besar dan durasi tindak lanjut yang lebih lama untuk menentukan hasil jangka panjang dari perubahan gaya hidup intensif pada populasi penyakit Alzheimer yang lebih beragam.

Sumber