TEMPO.CO, JakartaBadan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan proyek penelitian mengenai manfaat abu terbang batubara sebagai bahan amelioran yang berfungsi memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produksi tanaman bawang merah.

Peneliti Pusat Penelitian Hortikultura BRIN Ismon Lenin, Senin, menyatakan sebanyak 49 persen pembangkit listrik di Tanah Air masih menggunakan batu bara. Pada tahun 2023, produksi fly ash dan bottom ash (FABA) mencapai 11,3 juta ton, dimana 80–90 persennya merupakan fly ash.

“Hal ini memang membutuhkan upaya yang sangat tinggi dalam pengelolaan limbah ini, namun berpotensi untuk dijadikan bahan amelioran atau sebagai sumber pupuk silika,” ujarnya.

Dijelaskannya, saat ini lahan pertanian di Indonesia kekurangan silika. Senyawa tersebut hilang dari tanah melalui proses desilifikasi akibat pelapukan dan pencucian yang intensif, terutama di negara tropis.

Proses desilikasi menjadi lebih cepat karena petani jarang mengembalikan sisa panen atau jerami ke lahan, serta tidak ada penambahan pupuk yang bersumber dari silika.

“Saat ini kita jarang mendengar atau melihat petani memupuk lahan dengan silika. Namun belakangan ini pupuk silika banyak dijual di pasaran dengan harga yang cukup mahal,” kata Lenin.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, fly ash tidak lagi termasuk dalam kategori limbah B3. Namun, masih jarang sektor pertanian yang memanfaatkan potensi fly ash.

Sementara itu, negara-negara asing seperti China, India, dan Jepang sudah lama memanfaatkan fly ash sebagai bahan amelioran dan memproduksinya sebagai zeolit.

Pada tahun 2023, melalui program rumah penelitian, BRIN mengoptimalkan penggunaan fly ash sebagai bahan amelioran pada sistem budidaya bawang merah berkelanjutan di dataran tinggi dan lahan gambut.

Penelitian akan berlanjut ke tahap formulasi bahan organik menjadi formulasi yang efektif dalam meningkatkan kualitas lahan, termasuk di daerah penghasil bawang merah.

Produksi bawang merah Indonesia terutama terkonsentrasi di dataran tinggi kering yang didominasi oleh jenis tanah andisol.

Pada tanah andisol, unsur fosfat sebagian besar terikat oleh mineral lempung nonkristalin: alofan, imogolit, dan ferihidrit.

Diperlukan bahan organik dosis tinggi untuk melepaskan fosfat yang terfiksasi agar tanah menjadi subur.

Lenin menyatakan, untuk memaksimalkan produksi bawang merah di andisol, diperlukan pupuk organik dengan kadar yang sangat tinggi, berkisar antara 20 hingga 70 ton per hektar.

Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan fosfat secara langsung melalui proses mineralisasi dan secara tidak langsung membantu pelepasan fosfor terfiksasi.

“Asam organik dapat melepaskan fosfat yang diikat oleh aluminium, besi, dan kalsium menjadi fosfat yang tersedia bagi tanaman. Fosfat tetap juga dapat dilepaskan melalui reaksi pertukaran dengan ion silikat,” pungkas Lenin.

ANTARA

Pilihan Editor: Daftar Perguruan Tinggi yang Diduga Terlibat Kasus Perdagangan Manusia Ferienjob

klik disini untuk mendapatkan update berita terkini dari Tempo di Google News



Source link
1711982415