Di era digital saat ini, kecerdasan buatan (AI) telah muncul sebagai landasan inovasi teknologi. Melalui Riset dan Inovasi Kolaboratif Kecerdasan Buatan (Korika), pemerintah mencanangkan “Strategi Nasional Kecerdasan Buatan (AI)” pada tahun 2020 yang bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan AI demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa. Strategi ini menekankan pentingnya pendidikan dan penelitian AI, penerapan teknologi di sektor-sektor strategis, pengembangan infrastruktur data yang aman, perumusan peraturan yang mendukung, pembentukan ekosistem AI yang kuat, dan kerja sama internasional di bidang AI.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu pilar Strategi AI Nasional Indonesia adalah kerja sama internasional. Pemerintah telah mengambil langkah visioner dengan memberikan Visa Emas kepada Sam Altman, pendiri OpenAI, perusahaan teknologi di balik ChatGPT, dan alat AI generatif lainnya.

Tiongkok, dengan kemajuan teknologinya yang pesat, telah memposisikan dirinya sebagai salah satu pemimpin global dalam penelitian dan pengembangan AI. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara dengan potensi digital yang signifikan mempunyai peluang untuk memanfaatkan AI di berbagai sektor. Namun, bagaimana jika kedua negara ini bekerja sama dalam kemitraan teknologi? Potensinya bisa sangat besar.

Kekuatan Tiongkok dalam AI

Tiongkok telah menunjukkan kehebatannya dalam bidang AI melalui berbagai inovasi dan penerapan praktis. Mulai dari sistem pengenalan wajah di stasiun kereta hingga aplikasi medis yang membantu dokter mendiagnosis penyakit, Tiongkok telah mengintegrasikan AI ke dalam kehidupan sehari-hari warganya. Dengan dukungan penuh pemerintah dan investasi besar-besaran dari sektor swasta, Tiongkok telah berhasil membangun ekosistem AI yang berkelanjutan dan kuat. Meluasnya penggunaan AI dalam proses industri, penelitian medis, kendaraan otonom, dan berbagai aplikasi lainnya diperkirakan akan menghasilkan nilai ekonomi tahunan sebesar US$600 miliar bagi perekonomian Tiongkok. Menurut konsultan McKinsey & Co, penawaran yang didukung AI, seperti pengenalan wajah dan pembelajaran mesin, akan meningkatkan output ekonomi dan mengurangi biaya karena perusahaan di sektor keuangan, konsumen, manufaktur, dan teknologi mengintegrasikannya ke dalam proses, produk, dan layanan mereka. Komersialisasi penuh teknologi AI di Tiongkok diproyeksikan menghasilkan nilai yang setara dengan 3,7% Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut, atau sekitar US$600 miliar.

Potensi Indonesia dalam AI

Indonesia, negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, memiliki kekayaan data yang dapat diolah untuk berbagai tujuan, termasuk pengembangan AI. Data tersebut berasal dari beragam sumber, mulai dari transaksi e-commerce, media sosial, hingga layanan publik. Dengan volume data yang begitu besar, AI mempunyai peluang untuk mempelajari dan mengembangkan model yang lebih akurat dan efisien. Pasar digital yang berkembang pesat di Indonesia, didorong oleh meningkatnya penetrasi internet dan ponsel pintar, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi teknologi. Industri seperti fintech, e-commerce, dan pendidikan digital hanyalah beberapa contoh yang telah memanfaatkan AI untuk meningkatkan layanan mereka, seperti rekomendasi produk pada platform e-commerce atau analisis perilaku pengguna di aplikasi fintech. Terlebih lagi, maraknya start-up teknologi di Indonesia menunjukkan adanya semangat inovasi di kalangan generasi muda. Banyak dari perusahaan rintisan ini berfokus pada pengembangan solusi berbasis AI, seperti pengenalan wajah untuk keamanan, chatbots untuk layanan pelanggan, dan analisis data untuk perkiraan bisnis. Berdasarkan rencana strategis nasional, pemerintah telah mengidentifikasi beberapa bidang prioritas pengembangan AI, antara lain Kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan, mobilitas, dan kota pintar.

Peluang Kemitraan Teknologi

Dengan menggabungkan kekuatan Tiongkok dalam penelitian dan pengembangan AI dengan potensi pasar dan inovasi Indonesia, kedua negara mempunyai peluang untuk membentuk kemitraan yang saling menguntungkan, terutama dalam pengembangan sektor-sektor prioritas yang dituangkan dalam rencana nasional pemerintah Indonesia.

Peluang kemitraan pertama adalah pertukaran pengetahuan di bidang AI yang dapat menjadi katalis inovasi teknologi. Berkolaborasi dalam proyek penelitian memungkinkan kedua negara untuk menggabungkan keahlian mereka dalam mengatasi tantangan teknologi. Lokakarya dan seminar bersama memfasilitasi diskusi teknis dan berbagi temuan terbaru. Program pertukaran memungkinkan para peneliti dan insinyur untuk mendapatkan paparan terhadap metode-metode terbaru, sementara berbagi praktik terbaik meningkatkan efisiensi penelitian. Kolaborasi ini, termasuk pengembangan kurikulum bersama, memajukan penelitian AI dan memperkuat hubungan bilateral di bidang teknologi.

Peluang kedua, yang selaras dengan salah satu pilar strategi AI nasional Indonesia, adalah kolaborasi dalam pelatihan dan pendidikan AI. Program pelatihan intensif, magang di perusahaan teknologi Tiongkok, serta lokakarya dan seminar bersama memungkinkan tenaga kerja Indonesia memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka di bidang AI. Kolaborasi pengembangan kurikulum dan akses terhadap fasilitas penelitian lanjutan memastikan pendidikan AI di Indonesia memenuhi standar internasional. Kolaborasi ini memperkuat kapasitas sumber daya manusia Indonesia dan mempererat hubungan bilateral di bidang teknologi.

Peluang ketiga adalah kolaborasi pengembangan produk AI untuk pasar Asia Tenggara. Dengan menggabungkan keahlian teknologi Tiongkok dan pemahaman Indonesia terhadap pasar lokal, kolaborasi ini memungkinkan akses ke pasar yang lebih luas, optimalisasi sumber daya, dan inovasi berkelanjutan. Kolaborasi ini tidak hanya menawarkan manfaat komersial namun juga memperkuat hubungan bilateral dan meletakkan dasar bagi kemitraan strategis yang lebih dalam.

Peluang keempat adalah kolaborasi dalam mengembangkan kebijakan dan regulasi keamanan siber berbasis AI. Mengingat pentingnya keamanan siber di era digital saat ini, kedua negara dapat berkolaborasi untuk mengembangkan standar, protokol, dan kebijakan yang menjamin keamanan data dan transaksi digital. Kolaborasi ini dapat memberikan masukan yang signifikan bagi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terkait mitigasi risiko keamanan siber, penguatan infrastruktur keamanan siber kedua negara, dan memastikan teknologi AI diterapkan secara aman dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

AI telah menjadi landasan inovasi teknologi di era digital saat ini. Indonesia, melalui inisiatif seperti “Strategi Kecerdasan Buatan Nasional (AI)” dan Korika, telah menunjukkan komitmennya untuk memaksimalkan penggunaan AI demi kesejahteraan warganya. Di sisi lain, Tiongkok, dengan kemajuan teknologinya, telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin global dalam bidang AI. Kombinasi kekuatan Tiongkok dalam penelitian dan pengembangan AI dengan potensi pasar dan inovasi Indonesia menciptakan peluang kemitraan yang saling menguntungkan. Melalui pertukaran pengetahuan, pelatihan, dan pengembangan produk bersama, kedua negara dapat menciptakan solusi AI yang inovatif untuk pasar Asia Tenggara, memperkuat hubungan bilateral, dan secara kolektif memajukan teknologi di kawasan.

Source link
1711940797