5 April 2024
JAKARTA – Kementerian Kesehatan telah mendesak masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang di tengah lonjakan kasus demam berdarah dan kematian di seluruh negeri, dengan peningkatan yang diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa minggu mendatang.
Pada tanggal 23 Maret, otoritas kesehatan mencatat sekitar 43.200 kasus demam berdarah dan 404 kematian secara nasional sejak awal tahun. Angka tersebut hampir tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ketika negara tersebut mencatat sekitar 17.400 kasus dan 144 kematian.
Daerah yang melaporkan kasus tertinggi adalah Kabupaten Tangerang dan Lebak di Banten, Kabupaten Bandung Barat dan Subang di Jawa Barat, serta Kendari di Sulawesi Tenggara.
Namun hal terburuk belum terjadi, karena gelombang infeksi demam berdarah belum mencapai puncaknya dan kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa minggu mendatang, menurut direktur pengendalian dan pencegahan penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu.
“Sepertinya kita akan terus melihat peningkatan kasus demam berdarah hingga peralihan dari musim hujan ke musim kemarau selesai,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memperkirakan masa peralihan musim akan terjadi pada Maret hingga April.
Efek El Niño
Penyakit virus demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi, yang banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit ini terutama terjadi pada musim hujan ketika populasi nyamuk berkembang biak dan berkembang biak di air yang tergenang.
Kementerian Kesehatan menyalahkan wabah baru-baru ini yang disebabkan oleh musim hujan yang lebih hangat yang dipicu oleh fenomena cuaca El Niño, yang membawa udara panas dan kering ke kepulauan Indonesia. Suhu hangat mempercepat siklus hidup nyamuk, membantu mereka tumbuh lebih cepat dan hidup lebih lama, sehingga menyebabkan penyakit menyebar lebih cepat.
Peningkatan kasus DBD membuat rumah sakit di berbagai kota kewalahan, seperti Kendari, Bandung di Jawa Barat, dan Kudus di Jawa Tengah. Dokter di kota-kota tersebut terpaksa merawat pasien di lorong dan kursi roda.
Seorang petugas Palang Merah Indonesia (PMI) sedang memproses trombosit dalam kantong darah di kantor organisasi tersebut di Surakarta, Jawa Tengah, pada 30 Maret 2024. Kantor PMI Surakarta mencatat peningkatan permintaan transfusi darah trombosit bagi pasien demam berdarah sebesar 100 persen di wilayah tersebut. wilayah Surakarta Raya. (Antara/Maulana Surya)
Kebanyakan orang yang terkena demam berdarah tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan yang akan membaik dalam satu hingga dua minggu. Namun ada juga yang bisa terkena demam berdarah parah yang bisa berakibat fatal, sehingga kasus ini memerlukan perawatan di rumah sakit.
Maxi mengimbau masyarakat tidak perlu panik, dengan tetap memastikan tingkat keterisian tempat tidur nasional masih dianggap pada tingkat aman.
“Kami masih memiliki tempat tidur yang tersedia di bangsal reguler serta di unit perawatan intensif (ICU),” kata direktur tersebut.
Pencegahan tidak cukup
Para ahli menyalahkan lonjakan demam berdarah baru-baru ini karena upaya pencegahan yang tidak memadai oleh pihak berwenang untuk mengekang penyakit tersebut.
“Kami melihat peningkatan penularan demam berdarah di beberapa daerah sejak bulan November, namun kami tidak melakukan upaya serius untuk mengendalikan penyakit ini,” kata Masdalina Pane dari Persatuan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI).
Akibatnya, penyakit ini menyebar ke lebih banyak daerah dan kasusnya terus meningkat, katanya.
Masdalina juga mengecam pemerintah karena “tidak menunjukkan rasa urgensi” dan kurangnya upaya untuk mengekang penyakit ini, meskipun penyakit ini telah menewaskan lebih dari 400 orang.
Pemerintah gagal menyediakan vaksin demam berdarah di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh negeri. Vaksin yang relatif baru ini hanya tersedia di rumah sakit besar di kota-kota besar dan harganya relatif mahal, yaitu antara Rp 1 juta (US$63,04) dan Rp 3 juta untuk dua dosis.
Sebelumnya, direktur pengendalian dan pencegahan penyakit menular Imran Pambudi menuding penolakan masyarakat terhadap teknologi baru untuk memerangi demam berdarah dan kurangnya kepatuhan terhadap kampanye “3M” yang telah berlangsung selama puluhan tahun sebagai tantangan dalam mencegah penyakit tersebut.
Kampanye 3M adalah menguras, menutup, mendaur ulang (mengeringkan sumber air, menutup sumber air dan mendaur ulang) untuk menyingkirkan barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kementerian sedang dalam proses pembelian larvasida untuk memberantas jentik nyamuk dan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa guna mengendalikan penularan penyakit.
“Namun masyarakat tetap perlu mengosongkan waduk-waduk yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti,” kata Budi pekan lalu. “Penting juga untuk segera membawa orang yang menunjukkan gejala demam berdarah ke fasilitas kesehatan terdekat.”
Source link
1712309541