Pembangunan berkelanjutan: Harmonisasi ekonomi dan lingkungan – Akademisi

Dari sudut pandang ekologi dan ekonomi, pembangunan berkelanjutan baik di tingkat global maupun di Indonesia berada di persimpangan jalan. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, kita harus memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Selain itu, pengembangan sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat penting untuk mengatasi pengangguran, kemiskinan dan kelaparan. Saat ini, sekitar 3 miliar atau 36 persen penduduk dunia adalah orang miskin, hidup dengan pendapatan kurang dari US$3,2 per hari, dan 1,5 miliar (18 persen) berada dalam kemiskinan ekstrem, hidup dengan pendapatan kurang dari $1,5 per hari (Bank Dunia, 2024).

Di Indonesia, dengan garis kemiskinan yang ditetapkan sebesar Rp 580.000 ($36,23) per bulan (BPS, 2023), sekitar 26,3 juta orang, atau 9,4 persen dari populasi, adalah penduduk miskin (BPS, 2023). Namun berdasarkan standar Bank Dunia, penduduk miskin di Indonesia mencapai 111 juta jiwa, atau 38 persen dari jumlah penduduk.

Pengangguran, kemiskinan dan kondisi hidup yang buruk telah menyebabkan malnutrisi dan stunting yang berdampak pada banyak anak di seluruh dunia. Di Indonesia, kemiskinan yang sangat besar menyebabkan 183,7 juta orang (68 persen dari total penduduk) tidak mampu membeli paket makanan sehat dan bergizi dengan harga Rp 22.126 per hari (Litbang Kompas, 2022).

Oleh karena itu tidak mengherankan jika jumlah anak dan remaja kita yang menderita gizi buruk dan stunting masih tinggi, yaitu masing-masing sekitar 17,7 dan 21,4 persen (Kementerian Kesehatan, 2023). Salah satu prasyarat untuk menjadi negara maju adalah membatasi angka malnutrisi dan stunting masing-masing di bawah 10 dan 7,5 persen (WHO, 2020).

Setiap Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Kemiskinan, gizi buruk, dan stunting juga diyakini menjadi penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Rata-rata skor IQ orang Indonesia hanya 78,49, peringkat 130th dari 199 negara anggota PBB, dan terendah di ASEAN (Populasi Dunia, 2022).

Yang lebih menyedihkan lagi adalah kapasitas melek huruf di Indonesia berada pada peringkat kedua terendah di dunia, hanya satu tingkat di atas Botswana. Indeks Program for International Student Assessment (PISA), yang mencerminkan kapasitas matematika, sains, dan literasi remaja (15 tahun), menempatkan Indonesia pada peringkat 69 dari 81 negara yang disurvei (OECD, 2022).

Sumber