JAKARTA: Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar mata uang untuk menstabilkan nilai tukar rupiah setelah jatuh ke level terendah dalam empat tahun di tengah rebound dolar dan arus keluar obligasi yang besar.

Mata uang ini mengurangi kerugiannya menjadi sekitar 0,3% terhadap greenback pada pukul 11.30 kemarin. Harganya telah tergelincir hampir 0,5% pada perdagangan pagi menjadi 15,963 per dolar, terendah sejak April 2020.

Dana global menarik sejumlah US$1,7 miliar dari obligasi Indonesia pada kuartal pertama, terbesar sejak tiga bulan hingga September 2022.

Nilai tukar rupiah sangat terdampak oleh depresiasi, serta kuatnya permintaan dolar untuk repatriasi dividen dan arus keluar asing di pasar obligasi, kata Direktur Eksekutif Manajemen Aset Moneter dan Keamanan Bank Indonesia Edi Susianto.

Data inflasi bulan Maret yang di atas ekspektasi, didorong oleh tingginya harga pangan, juga berkontribusi terhadap melemahnya mata uang tersebut, katanya.

Di kalangan pedagang juga terdapat kekhawatiran yang semakin besar bahwa rencana belanja besar-besaran yang dikeluarkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dapat membebani anggaran negara di Asia Tenggara. Program makan siang dan susu gratis senilai US$29 miliar untuk anak-anak sekolah diperkirakan akan memperbesar defisit anggaran Indonesia dan membahayakan peringkat kredit Indonesia yang bernilai investasi.

“Kami melihat tekanan jangka pendek timbul dari penguatan dolar, lesunya sentimen terhadap obligasi Indonesia, dan kuatnya permintaan dolar domestik,” kata Mitul Kotecha, kepala strategi makro valuta asing dan pasar negara berkembang untuk Asia di Barclays Plc.

Investor akan terus mencermati defisit transaksi berjalan negara ini pada kuartal pertama, yang melebar sebesar US$1,3 miliar dalam tiga bulan terakhir tahun lalu. —Bloomberg

Source link
1712095883