CEO PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan, tiba di Korea Selatan pada 28 Maret untuk kunjungan dua hari di tengah penyelidikan yang sedang berlangsung atas dugaan pencurian data terkait proyek pengembangan jet tempur bersama KF-21.

Pejabat di Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) dan Korea Aerospace Industries Ltd. (KAI) dikonfirmasi kunjungan pejabat Indonesia.

PT Dirgantara Indonesia (PTDI), pemain kunci dalam industri dirgantara Indonesia, telah terlibat aktif dalam pengembangan bersama jet tempur KF-21, dengan para insinyur Indonesia bekerja sama dengan rekanan mereka di KAI.

Proyek KF-21, yang dimulai pada tahun 2015, bertujuan untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik canggih pada tahun 2026. Meskipun tujuan kunjungan Amperiawan tidak diungkapkan secara eksplisit, pejabat dari DAPA dan KAI mengindikasikan bahwa diskusi berpusat pada kemajuan dan kerja sama pengembangan bersama di masa depan. proyek.

Rincian spesifik mengenai sifat diskusi ini tidak diberikan. Kunjungan tersebut dilakukan menyusul adanya laporan adanya pegawai PTDI yang diduga berupaya mencuri data program KF-21 dari kantor pusat KAI di Sacheon, Korea Selatan, pada Januari tahun ini.

Insiden ini memicu penyelidikan polisi atas masalah tersebut. Penyelidikan yang sedang berlangsung menimbulkan pertanyaan tentang implikasi dari dugaan insiden pencurian data terhadap proyek pembangunan bersama dan kolaborasi yang lebih luas antara Indonesia dan Korea Selatan di sektor kedirgantaraan.

Investigasi berpusat pada apakah data yang dicuri termasuk teknologi sensitif yang terkait dengan program pengembangan KF-21. Menyusul kejadian yang terungkap bulan lalu, WNI saat ini dilarang meninggalkan Korea Selatan.

KF-21

Pada bulan Februari 2024, legislator Korea Selatan mendesak pemerintah untuk menerapkan undang-undang yang lebih ketat untuk mencegah kebocoran rahasia pertahanan.

Hong Suk-joon, seorang anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, menekankan perlunya undang-undang yang melindungi keahlian militer untuk mewajibkan bukti “niat untuk digunakan di negara asing” agar kebocoran dapat dituntut.

Dia meminta rekan-rekan legislatornya untuk membantu menutup celah ini dengan mengesahkan rancangan undang-undang terkait yang telah menunggu keputusan Majelis Nasional sejak tahun 2020.

Kekhawatiran Atas Keterlambatan Pembayaran

Komitmen Indonesia terhadap proyek KF-21 telah mendapat sorotan selama bertahun-tahun karena keterlambatan kontribusi keuangannya.

Meskipun setuju untuk menanggung sekitar 20 persen dari total biaya proyek, yang diperkirakan mencapai 8,1 triliun won (US$6 miliar) hingga tahun 2026, Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu.

Pada tahun 2021, 114 insinyur Indonesia yang mengerjakan proyek tersebut meninggalkan Korea Selatan karena Indonesia gagal membayar mereka. Namun, 32 insinyur ini akhirnya bergabung kembali dengan program tersebut.

Baru-baru ini, DAPA dilaporkan dikeluarkan peringatan baru setelah Indonesia meminta perpanjangan delapan tahun setelah batas waktu pembayaran tahun 2026. Negara Asia Tenggara ini saat ini berhutang 1 triliun rupiah ($746 juta) kepada Seoul.

Di tengah diskusi mengenai penundaan pembayaran, Korea Selatan dan Indonesia secara rutin menegaskan kembali komitmen mereka terhadap program ini, dengan pengumuman baru-baru ini yang menjelaskan kemajuan dan prospek proyek tersebut.

UEA Dilaporkan Mencari Peran Dalam Program Jet Tempur KF-21 Korea Selatan
Iterasi ketiga dari KF-21 Boramae dipamerkan di Sacheon Airshow pada tanggal 21 Oktober 2022. (Gambar diambil dari video yang dibagikan oleh @dooyeolChoiMusictravel di YouTube, digunakan di bawah lisensi Creative Commons Attribution.)

Korea Selatan baru-baru ini rencana yang disetujui akan memproduksi 20 pesawat tempur KF-21 Boramae tahun ini, setengah dari 40 unit yang direncanakan pada awalnya. Hal ini menunjukkan tekad Korea Selatan untuk terus melanjutkan proyek ini meskipun ada tantangan.

Jet tempur KF-21 melakukan debut publiknya pada tahun 2023 di pameran pertahanan Seoul, memikat penonton dengan penerbangan demonstrasinya.

Dengan rencana Angkatan Udara Korea Selatan untuk mengerahkan 120 unit KF-21 pada tahun 2032, pesawat ini siap untuk menggantikan armada pesawat tempur F-4 dan F-5 yang sudah tua, serta F-16 dan F-5 generasi keempat. -15K.

Salah satu nilai jual utama KF-21 adalah efektivitas biayanya dibandingkan pesawat tempur lain di pasaran. Dengan harga antara US$80 juta dan US$100 juta per unit, KF-21 menawarkan kemampuan canggih dengan harga yang kompetitif.

Korea Selatan, yang bercita-cita menjadi eksportir senjata terbesar keempat di dunia, melihat pasar potensial di Asia dan Timur Tengah di mana KF-21 dapat berfungsi sebagai alternatif pengganti pesawat tempur Tiongkok.

Meskipun secara teknis tidak diklasifikasikan sebagai pesawat siluman, KF-21 memiliki fitur mirip siluman, menjadikannya pesaing tangguh dalam peperangan udara modern.

Dikembangkan sebagai pesawat perang generasi keempat plus, KF-21 menggabungkan elemen teknologi generasi kelima dengan platform generasi keempat, sehingga berkontribusi terhadap efektivitas biaya.

Kolaborasi dengan Lockheed Martin, yang terkenal memproduksi F-22A Raptor dan F-35 Lightning II, semakin memperkuat desain dan kemampuan KF-21.

Source link
1711930773