3 April 2024
JAKARTA – Indonesia memperkirakan lonjakan harga kakao global akan segera berdampak pada produsen makanan dan minuman dalam negeri, dan Kementerian Perindustrian mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengantisipasi dampaknya terhadap bisnis mereka.
Harga kakao berjangka meroket lebih dari 130 persen menjadi sekitar US$9.900 per ton pada bulan Maret ini, dibandingkan dengan awal tahun ini, menurut Trading Economics.
Sementara itu, data Market Insider menunjukkan harga spot kakao melampaui $10.000 per ton pada akhir Maret.
“Segala sesuatunya tampak stabil di dalam negeri untuk saat ini, tanpa ada laporan dari para pelaku industri. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kita (Indonesia) akan segera terkena dampaknya,” kata Direktur Jenderal Agroindustri Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, Kamis, seperti dikutip dari bisnis.
Baca juga: Rendahnya harga komoditas membuat penerimaan negara menurun
Indonesia saat ini mengimpor 55 persen kakaonya, dan 45 persen sisanya dipasok dari dalam negeri, menurut Kementerian Perindustrian.
Satu dekade yang lalu, negara ini mampu memenuhi 85 persen permintaan coklatnya di dalam negeri, dan hanya 15 persen yang diimpor.
Meningkatnya harga kakao global disebabkan oleh fenomena cuaca El Niño, yang menyebabkan pola cuaca tidak menentu di Afrika Barat, menurut laporan Organisasi Kakao Internasional (ICCO) bulan lalu.
Produsen kakao besar seperti Pantai Gading dan Ghana, yang memproduksi 70 persen kakao dunia, dilanda hujan lebat, panas kering, dan wabah penyakit, sehingga mengurangi pasokan kakao di seluruh dunia.
Putu dari Kementerian Pertanian menyoroti produsen kakao besar menghadapi penuaan pohon kakao, yang mengurangi produksi. Indonesia juga menghadapi masalah serupa di dalam negeri, katanya.
“Pohon kakao di Indonesia juga sudah menua,” kata Putu.
Menyadari tingkat produksi dalam negeri yang tertahan di angka 55 persen, ia mengingatkan meroketnya harga bahan baku akan menjadi tantangan bagi industri untuk meningkatkan tingkat produktivitas dan kapasitasnya.
Untuk meningkatkan produksi kakao lokal, pemerintah telah menawarkan skema penanaman kembali beberapa pohon kakao sehingga petani dapat meningkatkan produksi hingga 600 kilogram per hektar, meningkat dari saat ini sekitar 200 kg per hektar.
Di tengah lonjakan harga kakao global, Kementerian Perdagangan memutuskan untuk menaikkan acuan harga ekspor kakao sebesar lebih dari 33 persen menjadi $6.711 per ton dibandingkan bulan sebelumnya, menurut pernyataan Kementerian Perdagangan pada hari Kamis.
Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi di negara-negara produsen utama serta penyakit tanaman yang merusak pohon kakao.
Baca juga: Penjualan alat berat anjlok seiring anjloknya harga komoditas
Arsil Aliasar, salah satu pendiri coklat lokal Minang Kakao menceritakan Jakarta Post pada hari Senin bahwa sebagian besar bisnisnya tetap tidak terpengaruh oleh lonjakan global.
Perusahaan bergantung pada kakaonya sendiri, yang memungkinkannya mempertahankan tingkat produktivitas meskipun ada faktor eksternal.
“Banyak faktor yang menyebabkan kenaikan harga kakao dan coklat,” kata Arsil. “Dalam hal ini, pihak yang paling terkena dampak adalah pelaku industri yang bergantung pada pedagang dan petani kakao mandiri untuk pasokannya.”
Sementara itu, Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) pada Oktober tahun lalu mengatakan bahwa lonjakan harga kakao akan membebani industri, seperti dikutip dari Kontan.
Namun, produsen kemungkinan besar akan menahan diri untuk tidak menaikkan harga, kata Gapmmi, seraya menyebutkan perlunya mengimbangi daya beli konsumen Indonesia. Sebaliknya, perusahaan akan mencari cara untuk mengurangi biaya input sebagai bagian dari upaya efisiensi.
Source link
1712143921