JAKARTA Kasus penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD) atau yang lebih populer dengan sebutan flu Singapura sedang melonjak di Indonesia. Jelang tren mudik, risiko penularan penyakit ini juga harus diwaspadai masyarakat.

Berdasarkan Data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Kementerian Kesehatan, hingga minggu ke-11 tahun 2024, setidaknya terdapat 5.461 kasus flu Singapura di Indonesia. Sementara dari beberapa laporan Dinas Kesehatan di daerah, sebanyak 738 kasus dilaporkan di Banten dan 45 kasus di Depok.

Meningkatnya angka penyakit HFMD di tengah persiapan hari raya Idul Fitri 1445 mendorong masyarakat untuk lebih waspada. Kesadaran diri untuk menerapkan hidup sehat dan bersih, termasuk memakai masker, merupakan salah satu langkah pencegahan penularan penyakit seperti flu singapura, meski ini bukan penyakit serius.

Antisipasi mudik Lebaran, karena ini memang tradisi tahunan Indonesia, tidak pernah sepi. Ini migrasi tahunan. Tentu mengundang risiko penyebaran penyakit menular, kita berharap baik flu Singapura, entah COVID-19, tidak ada. Tidak bertambah saat mudik,” kata anggota Pengkajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Prof Dr Dr Dr Dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K).

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengimbau masyarakat yang akan mudik agar mengatur jadwal keberangkatannya untuk menghindari puncak arus mudik Lebaran 2024. Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada periode Jumat 5 April hingga Minggu 7 April.

“Anda bisa memanfaatkan waktu dan mengatur waktu untuk menghindari puncak arus mudik. Biasanya kegiatan malam hari bisa saja, bisa bergeser ke siang hari,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (2/4). ).

Di tengah tingginya mobilitas saat mudik lebaran, masyarakat tetap diminta mewaspadai risiko penularan penyakit, salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat. Penyakit menular seperti COVID-19 dan HFMD disebut-sebut akan mengintai wisatawan pada tahun ini. Karena itulah berbagai upaya dilakukan, termasuk menjaga imunitas tubuh, agar tidak terjadi lonjakan kasus setelah masa mudik usai.

Terkait kemungkinan meningkatnya kasus penyakit menular saat mudik lebaran, Erlina menyarankan agar pemudik selalu menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer untuk mencegah penularan penyakit saat mudik. Selain itu, penggunaan masker di tempat keramaian juga dapat membantu mencegah penularan penyakit HFMD.

Mudik Lebaran biasanya diisi dengan momen berkumpul bersama keluarga dan berlibur ke sejumlah tempat wisata, seperti pantai, kolam renang, atau sungai. Saat berenang, Erlina menyarankan untuk memilih kolam yang bersih dan mendisinfeksi toilet serta benda-benda yang berada dalam jangkauan anak-anak.

Hal ini harus diperhatikan saat melakukan perjalanan mudik, baik dalam perjalanan maupun tujuan mudik.

Semakin buruk sanitasinya, semakin tinggi pula tingkat kontaminasi dan tingkat penularannya. Jadi, sangat penting untuk memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk saat mudik. Bukan hanya untuk mencegah flu Singapura, tapi juga penyakit menular lainnya,” kata Erlina.

Penyakit tangan, kaki, dan mulut (HMFD) mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat yang lebih akrab dengan flu Singapura. Padahal, menurut dokter spesialis anak jebolan Universitas Gadjah Mada, Prof.Dr.dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K) penyebutan penyakit flu Singapura adalah sebuah miskrah. Dokter Edi mengatakan, penyakit HFMD ini sebenarnya sudah ada di Toronto, Kanada sejak tahun 1957.

“Istilah ini (flu Singapura) salah, karena bukan berasal dari Singapura. Hanya saja pada tahun 2000 dan 2006 kasus ini banyak yang ada di sana dan ada pula yang meninggal sehingga terkenal dengan nama flu Singapura, padahal bukan dari Singapura, ” kata dr. Edi dalam seminar online yang digelar PB IDAI, Selasa (2/4/2024).

Dalam kesempatan itu, Edi menjelaskan, penyebab HFMD adalah entertainmentvirus, antara lain coxsackievirus A16, EV 71, dan echovirus.

Pengertian penderita HFMD adalah kumpulan gejala lesi kulit berwarna merah terutama pada telapak tangan, kaki, dan mulut yang disebabkan oleh virus dan banyak terjadi pada bayi dan balita yang berusia kurang dari lima tahun, kata Edi.

Penularan HFMD hampir sama dengan COVID-19, yakni melalui kontak dengan penderita atau droplet. Penularannya bisa terjadi secara langsung, misalnya karena batuk, bersin, terkena air liur, dan dari kotoran atau feses.

Selain itu, penularan kontak tidak langsung juga dapat terjadi karena penggunaan benda-benda yang digunakan anak yang mengalami HMFD, seperti handuk, mainan, atau alat makan. Dengan demikian, HFMD dapat dikatakan sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pada anak-anak.

Meski sama-sama merupakan penyakit menular, namun HFMD tidak termasuk dalam kelompok penyakit berbahaya. Anak yang terkena HFMD hanya perlu istirahat yang cukup, isolasi untuk mencegah penularan ke anak lain.

“Flu Singapura memang penyakit menular, tapi bukan penyakit serius. Yang penting istirahat cukup, makan makanan bergizi, minum air putih cukup, untuk mencegah dehidrasi,” kata Edi.

“Penyakit ini belum ada obatnya secara spesifik. Dengan kondisi tubuh yang baik maka akan sembuh dengan sendirinya,” tutupnya.


Versi bahasa Inggris, Cina, Jepang, Arab, dan Prancis dibuat secara otomatis oleh AI. Jadi mungkin masih ada ketidakakuratan dalam penerjemahan, harap selalu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kami. (sistem didukung oleh DigitalSiber.id)



Source link
1712109177