Pesenam Olimpiade pertama di Indonesia mendorong orang lain untuk 'bermimpi lebih tinggi'

JAKARTA – Telapak tangan pesenam Indonesia Rifda Irfanaluthfi dilapisi kapur saat ia berayun di antara dua palang yang tidak rata selama latihan intensif, hanya beberapa minggu sebelum ia membuat sejarah di Olimpiade musim panas ini.

Pesenam berusia 24 tahun ini adalah pesenam pertama dari negaranya yang lolos ke Olimpiade, apalagi wanita pertama, dan pikirannya bertekad untuk mencapai Paris dalam kondisi bugar sehingga ia dapat mengukir namanya menjadi legenda senam di tanah airnya.

“Ada perasaan gembira. Saya berharap dengan lolos ke Olimpiade, dunia akan lebih mengenal Indonesia,” katanya kepada AFP pekan lalu seusai latihan di ibu kota Indonesia, Jakarta.

“Tetapi saya juga merasa khawatir karena cedera yang membuat saya menderita insomnia selama lima hari terakhir.”

Prestasinya semakin mengesankan mengingat Indonesia belum memiliki pusat pelatihan senam nasional dan masyarakat Indonesia yang konservatif, termasuk olahraga unggulannya, masih didominasi oleh laki-laki.

Antusiasme masyarakat kepulauan Asia Tenggara sebagian besar terfokus pada sepak bola dan bulu tangkis, yang merupakan satu-satunya olahraga yang berhasil memenangkan medali emas Olimpiade.

Jadi bakat saja tidak cukup bagi Rifda untuk menjadi pesenam. Tingkat dedikasi yang tinggi untuk mengatasi serangkaian rintangan, termasuk kurangnya dukungan, juga diperlukan.

“Saya terus berlatih, dan saya buktikan dengan keterbatasan fasilitas saya bisa menjadi atlet sukses,” ujarnya.

Keluarga Rifda telah berjuang untuk menemukan sekolah yang dapat mengenali dan mendukung sesuatu yang tidak mereka ketahui seperti senam. Nasibnya berubah ketika ia diterima di sekolah atlet di Jakarta yang membawanya selangkah lebih dekat ke impian Olimpiadenya.

Namun senam bukanlah satu-satunya olahraga yang ia minati. Rifda mulai berenang sejak kecil sebelum mencoba menyelam, olahraga panjat tebing, senam ritmik, dan senam artistik.

Ibunya Yulies Andriana mengatakan dia menarik perhatian sebagai pesenam berbakat dan memenangkan medali pertamanya di kejuaraan junior di Singapura saat berusia 8 tahun.

Rifda lolos ke Olimpiade 26 Juli-11 Agustus di Kejuaraan Senam Artistik Dunia di Belgia pada tahun 2023, dengan penampilan serba bisa di lompat, lantai, palang tidak rata, dan balok keseimbangan.

“Keinginannya untuk menjadi juara sungguh luar biasa,” kata Yulies.

Sumber