Aliansi bisnis yang dibentuk pada tahun 2008 antara Joko Widodo dan Luhut Pandjaitan menjadi landasan bagi poros utama dalam kepemimpinannya


Jeremy Mulholland

Presiden Joko Widodo (Jokowi) biasa digambarkan sebagai sosok dari awal yang sederhana yang muncul sebagai a pembuat furnitur dan pengusaha mandiri, sebelum terjun ke dunia politik. Latar belakang seperti itu, demikian pendapatnya, menjelaskan maksudnya sentuhan umum Dan kepemimpinan yang berbudi luhur. Faktanya, kepresidenannya jelas-jelas bersifat Machiavellian. Aliansi informal dan pembuatan kesepakatan telah berhasil menumbangkan praktik demokrasi yang baik. Dalam konteks ini, kepresidenan Jokowi tidak dapat dipahami secara a ‘kekosongan politik-ekonomi’juga tidak dapat mengidentifikasi dan menjelaskan pembentukan dan sifat aliansi paling kuat pada puncaknya.

Yang sering ditelantarkan titik balik dalam kebangkitan politik Jokowi adalah a aliansi bisnis ditempa 2008 antara Jokowi saat itu sebagai Wali Kota Solo dan Luhut Panjaitan sebagai mantan Panglima Pasukan Khusus Angkatan Darat (Kopassus) dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dari 2009 Kemitraan Jokowi-Luhut diresmikan dalam usaha patungan tersebut Rakabu Sejahtraantara bisnis furnitur keluarga Jokowi dan Luhut Kelompok Toba Sejahtra. Ini akan terbukti menjadi kesepakatan yang saling menguntungkan. Jokowi mendapatkan perlindungan, keterampilan strategis, dan pemahaman mendalam tentang politik elit Jakarta dari Luhut. Meskipun Luhut pada saat itu sangat dekat dengan ketua dan taipan Golkar, Aburizal Bakrie, aliansi dengan Jokowi mendiversifikasi risiko politiknya dengan ‘bertaruh’ bahwa gaya populis dan ‘pembangunan citra’ (pencitraan) Jokowi akan menjadi keuntungan dalam memenangkan pemilu. Taruhan Luhut rupanya terbayar hanya beberapa tahun kemudian dengan kemenangan Jokowi pada pemilu tahun 2012. Gubernur Jakarta. Oleh karena itu, Luhut berfungsi sebagai ‘pelindung’ Jokowi, bahkan lebih dari ketua partainya sendiri, PDI-P, Megawati Sukarnoputri, yang mendiang suaminya. Taufiq Kiemas sempat meragukan prospek Jokowi.

Pemecah masalah

Setelah menjabat sebagai presiden pada bulan Oktober 2014, Presiden Jokowi menghadapi perlawanan dari para petinggi partai dalam koalisi pemerintahannya yang baru dibentuk. MegawatiSurya Paloh dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditolak untuk berbagi kekuasaan dengan Luhut. Sebagai tanggapan, Jokowi menciptakan posisi kepala staf yang kuat untuk Luhut, sehingga ia dapat semakin mempengaruhi dan mendominasi kabinet. Oleh karena itu, pada pertengahan tahun 2016 Luhut mampu memperoleh kendali strategis atas portofolio yang tampaknya sederhana, yang kemudian ia ubah menjadi salah satu ‘pusat negara’ terkuat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Oleh memanfaatkan basis kekuatan dan posisi tawar yang lebih kuat bagi Jokowi dalam kontestasi intra-elit Indonesia, Luhut berfungsi sebagai ‘pemecah masalah politik’ utama Jokowi dan apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai a ‘Perdana Menteri de facto’dengan gigih mengatasi permasalahan sehari-hari dalam pemerintahan, membentuk koalisi yang berkuasa, dan mengelola persaingan internal.

Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan berada dalam posisi untuk melaksanakan aspek-aspek penting dari program infrastruktur dan investasi presiden (15 Oktober 2019) / ANTARA/Bayu Prasetyo

Untuk sebagian besar masa jabatan Jokowi (2014-2024) (kecuali beberapa bulan setelahnya akhir tahun 2023 Selama masa pemulihan dari stroke), Luhut secara konsisten menjalankan peran tersebut, termasuk menduduki sejumlah jabatan penting interim di kabinet dan jabatan non-struktural. tugas. Hubungan istimewa antara kedua tokoh ini mencerminkan sejauh mana Jokowi sebagai presiden lebih mengandalkan ‘hubungan informal’ dan ‘saling percaya’ dengan Luhut dibandingkan ‘sistem organisasi’. aparatur negara‘.

Sebagai ‘tukang suap’melihat ‘negara sebagai pasar politik‘, Luhut juga mengatur kebijakan investasi dan memperhatikan secara cermat aliran pembiayaan proyek pemerintah dan’dana gelap informal‘. Oleh karena itu Luhut berperan penting dalam mengendalikan perusahaan-perusahaan utama negara termasuk Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan Mining Industry Indonesia (ID PIKIRAN), dan memimpin kesepakatan untuk mendivestasi saham asing di negara yang menguntungkan Pelabuhan bebas tembaga dan emas dan Lembah konsesi dan proyek pertambangan nikel. Dia memobilisasi dukungan untuk kontroversial ibu kota baru nusantara dan dengan mendirikan Dana Kekayaan Negara (resmi Otoritas Investasi Indonesia). Ia juga mengkoordinasikan infrastruktur (misalnya Tol Trans Sumatera), transportasi (kereta cepat Jakarta-Bandung), kesehatan (COVID 19 krisis), pendidikan Dan pariwisata (Wilayah Danau Toba Sumatera Utara) serta proyek pertanian (perkebunan makanan Dan impor ternak hidup). ‘Koordinasi’ Luhut bahkan meluas hingga minyak Dan gas kebijakan terkait ‘perusahaan minyak negara’, Pertamina, yang merelokasi kantor pusatnya ke kantor Luhut Toba Sejahtra memiliki Menara ‘Sopo Del’.

Yang paling menonjol, Jokowi mendelegasikan tugas pemerintah kebijakan mineraltermasuk tanda tangannya kendaraan elektrik program pengadaan, kepada Luhut. Hal ini membuat Indonesia – produsen nikel terbesar di dunia – melarang eksporsangat meningkat kapasitas peleburandan melepaskan skala besar penyelundupan bijih nikel. Proyek Multatuli Dan Tempo pemetaan dan analisis industri nikel mengungkapkan bahwa jaringan listrik Luhut beroperasi pada intinya. Sekutu terdekat Luhut, pensiunan Panglima Kopassus Sintong Panjaitan, merupakan Komisaris Utama grup Bintang Delapan yang bermitra dengan grup Chinese Tsingshan. untuk menguasai Kawasan Industri Morowali di Sulawesi. Kawasan Industri Morowali dianggap sebagai klaster pabrik peleburan ‘feronikel’ terbesar di Indonesia yang menghasilkan ekspor dengan nilai tambah yang relatif rendah untuk pasar Tiongkok. Lebih jauh ke hilir, bisnis kendaraan listrik (dan stasiun pengisian ulang) Toba Sejahtra Elektrum dikelola oleh keponakan Luhut Pandu Syahrir. Tanpa adanya perlawanan politik dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, Luhut juga membantu membentuk kebijakan fiskal dan keputusan APBN seperti kendaraan listrik. subsidi. Secara keseluruhan, ekonom kawakan Indonesia Faisal Basri mengecam implikasi kebijakan nikel (dan menyesatkan retorika nasionalis mengenai ‘hilirisasi’ atau hilirisasi) sesuai keinginannya kepentingan elit bukannya memberikan dampak positif yang signifikan bagi Indonesia industrialisasi dan bersih publik keuntungan.

Untuk melindungi dan mengabdi

Untuk melindungi kekuasaan dan kekayaan mereka yang semakin besarJokowi dan Luhut semakin menganut ‘politik yang melemahkan, mengatur ulang, dan mengendalikan pengawasan institusional’ (pemerintahan otokratis). legalisme), sehingga meningkatkan kontestasi intra-elit dan semakin merendahkan demokrasi prosedural di Indonesia. Di bawah aliansi Jokowi-Luhut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berubah menjadi a ‘senjata politik’.

Jokowi dan Luhut bermuka dua mengklaim KPK sudah melakukannya berfungsi dengan baikbahwa Indonesia kini telah memiliki sistem yang lebih baik dan terintegrasi serta berada pada a lintasan ke bawah‘ dalam hal tingkat korupsi dan bahwa ‘pemerintah akan melakukannya tidak melakukan intervensi di lembaga penegak hukum seperti KPK. Namun, realitas politik-ekonomi di balik layar telah terjadi berbeda secara kategoris. Mantan Ketua KPK Agus Rahardjo (2015-19) dan Wakil Komisioner Saut Situmorang baru-baru ini terungkap itu sampai KPK melemah pada tahun 2019 karena undang-undang yang cacat dan tim kepemimpinan yang lebih bisa menerima, mereka menolak upaya Jokowi dan Luhut untuk ‘menyelamatkan’ sekutunya, mantan ketua Partai Golkar dan Ketua Parlemen Nasional. Setya Novanto dari jaring penindakan KPK. Setya sepatutnya terbukti bersalah korupsi politik pada tahun 2018 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.

Jokowi dan Luhut bersaing dengan Ketua PDI-P Megawati dan ‘orang kepercayaannya’, Kepala Intelijen Negara Budi Gunawan, untuk memperebutkan posisi kedua. mengendalikan itu melemah KPK. Meski awalnya dianggap dekat BudiKetua KPK saat itu (2019-23), mantan jenderal polisi Firli Bahuri, semakin mengakomodir JokowiLuhut persekutuan. Pendekatan antikorupsi yang dilakukan Firli secara blak-blakan, bias, dan sporadis, menurut pakar hukum pidana Universitas Indonesia, Gandjar Laksmana, selaras dengan cara ‘para pelaku politik di Indonesia cenderung melihat pencegahan korupsi sebagai tidak ada penangkapan, bukan tidak ada korupsi’ (Wawancara, 2023) .

Jokowi akhirnya terpaksa memberhentikan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri (27 Desember 2023) / ANTARA/Asprilla Dwi Adha/spt/aa/rst

Mulai tahun 2020, bersama ‘Dewan Pengawas’ (Dewas) KPK tidak efektif Dan ‘di bawah jempolnya’Firli setengah hati memantau pembangunan smelter nikel, namun mengabaikan kasus-kasus seperti dugaan Luhut penyelundupan bijih nikel dan upaya perlindungan bagi investor besar asing seperti yang dicontohkan oleh eksportir nikel Tiongkok, Grup Induk Zhenshi. Firli juga menolak mengusut sejumlah kasus yang memiliki bukti substansial, termasuk dugaan Beneficial Ownership (Benifical Ownership) COVID-19 berbasis krisis yang dilakukan Luhut. Laboratorium uji PCR dan bekas Freeport ‘Blok Wabu’ konsesi tambang emas, serta dugaan putra Jokowi Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep pencucian uang kegiatan. Firli malah menyasar rival politik utama Jokowi dan Luhut, terutama yang terkait dengan jaringan kekuasaan Surya Paloh. Jusuf Kalla Dan Megawati. Hal ini memicu konflik yang memecah belah koalisi penguasa dan, ironisnya, berujung pada semacam ‘efek bumerang’. perseteruan pribadi antara dua jenderal polisi, Firli sebagai pimpinan KPK, dan Kapolda Metro Jaya Karyoto, mengungkap bukti-bukti yang kredibel terhadap Firli sebagai KPK yang pertama kursi korup. Pada akhir tahun 2023, Jokowi terpaksa melakukan hal tersebut memecat Firlimeskipun dia tidak mengembalikan independensi KPK yang dulu dan kekuatan.

Dalam apa sudah banyak yang mengakuinya Seiring dengan berbagai upaya melanggengkan kekuasaan politik Jokowi, aliansi Jokowi-Luhut pun turut berkomplot insinyur suksesi politik yang ‘bersahabat’ memperluas ‘masa hidup’ dari kepresidenan Jokowibahkan mempertahankan kekuatan demi proxy. Megawati menghalangi upaya-upaya tersebut tetapi manipulasi politik yang dilakukan oleh Jokowi belum pernah terjadi sebelumnya Mahkamah Konstitusi Dan Komisi Pemilihan Umum memungkinkan putranya Gibran Rakabuming Raka mencalonkan diri sebagai wakil presiden di tiket pemilu mantan Panglima Kopassus Prabowo Subianto, satu lagi Luhut sekutu. Ketakutan para intelektual masyarakat terhadap Indonesia ‘paling kotor’ Pemilu yang demokratis penuh dengan keberpihakan Jokowi pada Prabowo dan Gibran kampanyepengepakan politik kepemimpinan daerah, pertikaian dan jual beli suara praktek diwujudkan dalam a kemenangan telak untuk pasangan Prabowo-Gibran pada 14 Februari.

Dalam dunia ideal di mana supremasi hukum diterapkan sepenuhnya, hal ini mempunyai dampak yang luas penyelidikan parlemen ke dalam pemilu 2024 atau investigasi pemberantasan korupsi yang bersifat ‘independen’, dapat dikembangkan dari investigasi yang sudah ada wahyu tentang aliran dana gelap politik yang terkumpul Jokowi Dan milik Luhut kerajaan bisnis. Investigasi semacam ini dapat memberikan pelajaran berharga bagi para pemimpin politik di masa depan bahwa penyalahgunaan kekuasaan tidak boleh dibiarkan. Kenyataannya, kepentingan aliansi Jokowi-Luhut kini tampak semakin terlindungi dengan terpecahnya sebagian besar ‘oposisi politik’, KPK yang mengekang, dan kekuasaan Indonesia. presiden yang akan datangPrabowo, rupanya bertekad mempertahankan hal tersebut status quo. Secara keseluruhan, aliansi rahasia antara Jokowi dan Luhut telah menjadi poros ekonomi politik Indonesia selama satu dekade terakhir. Sayangnya bagi Indonesia, pemerintahan yang populis dan penuh kesepakatan ini telah menyebabkan pembusukan demokrasi selama satu dekade. Bagi Prabowo, sebagai presiden berikutnya, membalikkan tren tersebut tidak akan menjadi prioritas politik dalam kontestasi intra-elit di Indonesia.

Jeremy Mulholland (jeremypm@hotmail.com) adalah seorang ekonom politik dan direktur eksekutif di Investindo International Pty Ltd. Ia menulis tentang elite Indonesia, korupsi politik, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Inside Indonesia 155: Jan-Mar 2024

Source link
1712285614